AJARAN-AJARAN YANG DAPAT DIPETIK DARI PELAKSANAAN IBADAH
HAJI
OLEH : DRS. H. M. SAKTI
RANGKUTI, M.A.
SELESAI DITULIS HARI
SELASA TGL.12 MARET 2O13 PUKUL 12.30.WIB.
KELOMPOK BIMBINGAN
IBADAH HAJI (KBIH) SHAFA WAL MARWAH KECAMATAN GALANG KABUPATEN DELI SERDANG
Dari berbagai pelaksanaan ibadah haji
yang dikerjakan di dalam menunaikan ibadah haji tentunya ada hal-hal yang
diingat bagi setiap orang yang inigin
menyelidikinya dan ada pula suri tauladan bagi orang yang ingin
menyelaminya. Bila pintu-pintu rahasia telah terbuka, maka akan tersingkaplah
jalan yang terang bagi setiap orang yang ingin mengetahui rahasia-rahasia itu
sebagai bahan untuk mensucikan hatinya, diantaranya adalah :
1.
Allah Ta’ala telah
memuliakan Baitullah (Ka’bah) yang telah berusia sangat tua dengan menisbahkan
kepada DzatNya sendiri.Baitullah dijadikan sebagai tempat tujuan seluruh
hambaNya. Daerah sekelilingnya itu dijadikan sebagai tanah haram (suci),bahkan
tempat itu dipekokoh pula kehormatannya dengan dilarang melakukan perburuan dan
memotong pepohonan yang ada disekitarnya.Manusia berdatangan dari berbagai
penjuru dunia dalam kondisi kusut masai, merendahkan diri kepada Dzat yang
menguasai Baitullah itu, karena menghormati keagungan dan kebesaranNya.Perasaan
ini mesti dimunculkan,agar ketauhidan semangkin kuat dan kokoh bagi orang yang
datang untuk memperhambakan diri kepada Allah SWT.dalam rangka menaati dan
menjalankan perintahNya.
2.
Dalam berihram dan
mengumandangkan ucapan talbiah (labbaikallahumma labbaik dst.) merupakan satu pernyataan dalam rangka
memperkenankan seruan Allah Azza wa Jalla.
3.
Menyaksikan
Baitullah merupakan penghadiran keagungan rumah Allah itu dalam hati nurani dan
juga untuk menghitung-hitung bila nanti dapat menyaksikan Dzat Allah yang memiliki
Baitullah itu di hari akhirat nanti.Ini perlu dibayangkan untuk lebih
mengesankan keagungan Dzat Allah yang Maha besar itu di dalam kalbu.
4.
Memasuki kota Mekkah
sebagai peringatan telah tiba di satu tempat yang suci, sebagaimana yang telah
dinyatakan Allah Ta’ala sendiri.Dengan demikian seseorang akan merasakan adanya
rasa takut sehingga ia tergolong orang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah
SWT.Oleh karenanya ia tetap mengharapkan RahmatNya.
5.
Dalam melaksanakan
thawaf di Baitullah merupakan manifestasi dengan para Malaikat yang
kedudukannya sangat dekat kepada Allah SWT.Yang bertugas semata-mata
mengelilingi arsy.Maka oleh sebab itu yang menjadi tujuan yang utama bukanlah
thawafnya tubuh yang kasar ini akan tetapi yang lebih penting adalah thawafnya
hati dengan senantiasa ingat kepada Allah SWT.
6.
Menggantung di tabir
Baitullah dan menempelkan diri di Multazam adalah merupakan tanda pengharapan
dan pendekatan diri serta hati disebabkan factor kecintaan dan kerinduan kepada
Baitullah dan yang menguasaiNya,juga untuk mengharapkan keberkahan dan
keampunan, keamanan dan kesejahteraan serta keselamatan.Hal ini dapat
diumpamakan dengan seseorang yang merasa berdosa yang bergantung kepada pakaian
seseorang yang ingin dimohonkan keampunannya, merendahkan diri untuk dapat
dima’afkan,dengan menyatakan bahwa tidak ada lagi yang dapat dijadikan tempat
berlindung dan pengungsian selain daripada yang dihadapinya itu. Bahkan ia tidak suka untuk melepaskan
penggantungannya sebelum sungguh-sungguh adanya pernyataan bahwa ia telah
diampuni.
7.
Dalam melaksanakan
sa’i dari bukit shafa ke bukit marwah menggambarkan kebimbangan seseorang akan
kehilangan miliknya dengan berulangkali pergi dan kembali.Hal ini adalah
merupakan pernyataan keikhlasan dalam menunaikan pengkhidmatan dan mengharapkan
agar dibelaskasihani. Sama halnya dengan seseorang yang menghadap seorang raja,
ia keluar masuk istana dan belum diketahui dengan pasti apakah permohonan yang
diajukan itu akan ditolak atau diterima. Ia senantiasa kesana kemari di halaman
istana sesekali berada di sudut sini dan sesekali berada di sudut sana.Namun ia
tetap penuh pengharapan, seandainya tidak disini akan diberi belaskasihani oleh
raja, mungkin disana timbul rasa belas kasih sayang raja itu kepadanya.
8.
Tentang wukuf di
padang Arafah dan menyaksikan berjejalnya manusia disitu serta menggelegarnya
suara manusia yang beraneka ragam bahasanya itu, mengingatkan peristiwa nanti
di hari akhirat.Disaat seluruh manusia telah dikumpulkan seluruhnya di padang
Makhsyar.Mereka semua kebingungan dengan perasaan yan tidak karuan, apakah
amalnya diterima atau ditolak.Dengan mengingat seperti ini maka hatipun akan
merendah dan sangat memohon belaskasihan Allah Azza wa Jalla.Oleh sebab itu,
apabila seluruh manusia itu benar-benar yang berada disitu telah bersatupadu
kehendaknya, semua hati bertujuan semataa-mata mengharapkan kasihan dan
kerahmatan, semua tangan menengadah kepada Allah SWT. Semua pandangan menuju ke
langit,semua dipusatkan untuk satu kepentingan mengharapkan kasih saying Allah
itu, maka jangan dianggap lagi bahwa harapan itu akan sia-sia belaka.Akan
tetapi sebaliknya bahwa rahmat, kasihsayang dan belaskasihan itu pasti akan
meluap membanjiri semua manusia yang mengharapkannya.
9.
Adapun tentang hal
melontar jumrah merupakan keta’atan dalam melaksanakan perintah, juga
menunjukkan kerendahan diri sebagai hamba sahaya atau budak.Dalam hal melontar
itu dimaksudkan untuk mengusir syetan,menghancurkan kekuatannya dan melenyapkan
tipudayanya serta rayuannya.
10. Berziarah ke Madinah dan menyaksikan segala
sesuatu yang ada disana adalah sebagai mengingat akan suatu negeri yang dipilih
oleh Allah SWT. Untuk NabiNya yang dikasihi.Itulah tempat hijrah rasulNya yang
dimuliakan. Madinah itulah tempat disyariatkannya segala fardhu yang ditentukan
Allah SWT. Dan sunnah-sunnah nabiNya.Darisitulah RasulNya memerangi
musuh-musuhnya dan kebesaran agama
sampai wafatnya.
Demikianlah beberapa ajaran yang dapat
dipetik dari pelaksanaan ibadah haji itu, sementara lebih jauh Allah
SWT.memerintahkan kaum muslimin agar mengambil manfa’at dari nilai-nilai yang
terkandung dalam pelaksanaan ibadah haji tersebut.Baik yang berhungan dengan
kepentingan hidup di dunia maupun yang berhubungan dengan kepentingan akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar