»
Naskah Khutbah Wukuf di Arafah
Oleh : drs.HM.SAKTI RANGKUTI,MA.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ اْلبَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ
وَأَمْناً ، وَأَشْهَدُ اَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
جَعَلَ حَجَّ اْلبَيْتَ مِنَ الشَّرِيْعَةِ رُكْناً وَصَرَّفَ وُجُوْهَنَا اِلىَ
قِبْلَتِهِ فَكَانَ
ذَالِكَ مِنْ نِعْمَةِ اْلعُظْمىَ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ خَيْرَ مَنْ طَافَ بِاْلبَيْتِ اْلعَتِيْقِ ذَاكِرًا أًسْمَآءَ
رَبِّهِ اْلحُسْنىَ ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَأَتْباَعِهِ اِلىَ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ ، أَمَّا بَعْدُ : فَيَآ
اَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَإِنَّ خَيْرَ
الزَّادِ التَّقْوَى وَهِيَ نِعْمَةُ الْعُدَّةِ لِيَوْمِ اْلمِيْعَادِ
.
Para tamu Allah, jamaah haji yang dirahmati Allah, Kaum muslimin
walmuslimat dhuyuufullah wa dhuyuufurrohmaan…!
Pada hari yang penuh rahmat dan
maghfiroh ini, marilah kita panjatkan Puja dan puji dengan penuh rasa syukur
yang setulusnya kepada Allah SWT. Yang telah menjadikan hari arofah ini sebagai
hari yang teramat mulia. Pada hari ini Allah mengabulkan semua
pinta dan do’a hamba-hambanya yang memanjatkan do’a kepadaNya. Sholawat
dan salam semoga terlimpah bagi Nabi besar kita Muhammad Saw. Yang telah
menyampaikan risalahnya dari Allah SWT untuk umatnya sehingga mengantarkan
umatnya ke jalan yang terang yang diridhohi Allah SWT.
Saudara-saudaraku yang sedang berada di tanah
suci, tanah Arafah, tanah yang diimpi-impikan oleh berjuta bahkan bermilyar
umat Islam di seluruh dunia.
Siang ini kita ditakdirkan oleh Allah
berkumpul di tempat yang mulia ini, tempat dimana setiap do’a pasti akan
dikabulkan, siapapun yang bertaubat diantara kita, Allah pasti menerimanya dan
mengampuni dosa-dosa kita, sebanyak apapun dosa-dosa itu melumuri tubuh kita.
Di tanah ini pula, saat ini hadirin hadirat
sekalian, Allah membanggakan kita, hamba-hamba-Nya, dihadapan jama’ah para
malaikat.
“Hamba-hamba-ku datang kepada-ku dengan rambut
kusut masai dari setiap sudut negeri yang jauh. Wahai hamba-hamba-Ku,
berpencarlah kalian dari arafah dengan (membawa) ampunan-ku atas kalian semua.”
Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda:
مَا مِنْ يَـوْمٍ أَكْثَرٌ مِنْ اَنْ يَعْـتَقِ
اللهَ فِيْهِ عَبْـدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَـرَفَةٍ
“Tiada hari yang Allah lebih banyak
membebaskan hamba-hamba-Nya dari neraka (melebihi) hari Arafah.” (HR. Muslim dari Aisyah RA).
Kelebihan dan keistimewaan kita? Marilah kita
menengok sejenak diri kita ini. Kita hanyalah seonggok tulang berbalut daging
yang terus membungkus aib dan ma’shiyat di sepanjang hari yang telah kita
jalani.
Tidak usahlah kita membayangkan yang jauh-jauh sekedar membaca Al-Fatihah pun kita belum fasih. Shalat kerap tidak
khusyu’, membaca Qur’an hanya di ujung lidah. Berzikir tidak sampai menyentuh
hati bahkan ketika sujud pun, kita jarang ingat kepada Allah. Entah mengapa
kita dipilih menjadi orang yang bisa bersimpuh di tanah Arafah ini? Mengapa
wahai Saudaraku?
Semoga siapapun yang dihadirkan di padang ini tidak terbesit
sedikitpun dihatinya kebanggaan, sehingga merasa diri lebih baik dari yang
lain. Berhajinya kita bukan merupakan jaminan bahwa kita lebih baik dari
saudara-saudara kita di tanah air. Sungguh malu dan sangat malu jika kita
merenungi kehormatan dan kemuliaan ibadah haji ini dengan kualitas diri kita
yang sangat jauh dari kepantasan kualitas diri kita yang sangat jauh dari
kepantasan kualitas seorang hamba yang shalih.
Bahkan semua ini bisa menjadi “hutang” yang
harus kita bayar dan kita pertanggung-jawabkan. Siapa tahu kita berada di tanah
suci saat ini justru berkat doa orang-orang yang shalih yang memintakan ampunan
untuk jenis manusia yang berlumuran dosa seperti kita ini. Boleh jadi ampunan
yang mereka mohonkan untuk kita itulah yang kemudian mengantarkan kita berada
di tanah suci ini.
Saudara–saudaraku, kaum muslimin dan muslimat
Rohimakumullah.
Padang Arafah hari ini seolah-olah tampil
sebagai miniatur padang Mahsyar, dimana manusia berkumpul di hadapan kebesaran
Allah SWT semuanya bertanggung jawab atas perbuatan dan kelakuannya
masing-masing. Pangkat, jabatan dan harta kekayaan yang selama ini kita kejar
ternyata tidak bisa menyelamatkan kita, bahkan keluarga terdekat kita selama
ini yang kita manjakan ternyata juga tidak bisa berbuat apa-apa, untuk membantu
kita pada hari itu. Malah tidak jarang semua itu menjadi alasan dan penyebab
untuk menyiksa kita. Di Padang Arafah ini, kita pun telah menanggalkan atribut
sosial kita, semua jabatan dan pangkat kita lepaskan pada hari ini. Yang
melekat di badan kita hanyalah dua lembar kain putih. Kondisi seperti ini
mengingatkan kita pada alam Barjah. Di alam Barjah nanti kita hanya ditemani
kain kafan yang membungkus kita. Karena itu tiada yang kita harapkan dari Wuquf
kita saat ini.
Tiada yang kita harapkan dari Wuquf kita saat
ini, juga ibadah haji kita secara keseluruhan kecuali terampuninya dosa-dosa
kita dan terhapusnya kesalahan-kesalahan kita yang sudah melumuri sekujur
“tubuh” kita, sebab kita sadar betul apalah artinya hidup dengan lumuran aib
dan dosa yang melekat di tubuh ini.
Dosa telah membuat manusia harus kehilangan
keberkahan dalam hidupnya, juga keberkahan dalam rizki, harta dan apa saja yang
dimilikinya akibatnya manusia kehilangan ketenangan juga kebahagiaan justru di
tengah–tengah genangan materi yang mengitarinya.
Dosa telah membuat manusia kehilangan hati
nuraninya, sehingga mereka berbuat, berbicara, mendengar dan melihat bukan lagi
karena dorongan hati nurani, melainkan karena kepentingan hawa nafsunya.
Dosa telah membuat manusia kehilangan kepekaan
terhadap sesama, nilai-nilai kasih sayang yang selama ini dijunjung-luhurkan
dalam kehidupan sesama manusia telah berubah, berganti menjadi kebencian dan
permusuhan bahkan pertikaian saling jatuh menjatuhkan. Kedengkian pun akhirnya
menjadi penyakit epidemik, senang melihat yang lain susah dan susah melihat
yang lainnya senang.
Dosa telah membutakan mata hati manusia,
sehingga mereka tidak lagi bisa membedakan antara yang benar dan salah, haram
dan halal, haq dan batil. Akibatnya mereka kehilangan rasa bersalah saat
berbuat salah, tiada beban saat berbuat dhalim kepada sesama, bahkan banyak
diantara mereka bisa merasakan nikmatnya makanan hasil mencuri, sembari
membanggakan kepada orang lain.
Dosa telah membuat manusia kehilangan rasa
takut kepada Allah, juga kepada balasan buruk di akhirat kelak. Mereka juga
kehilangan rasa cinta kepada Allah juga kepada kebaikan. Saat rasa takut kepada
Allah menghilang maka akan hadirlah rasa takut kehilangan dunia, dan ketika
rasa cinta kepada Allah pun tergadaikan maka akan muncullah rasa cinta terhadap
dunia.
Dosa telah menggiring manusia kejurang-jurang
kehinaan yang membuat mereka kehilangan kemuliaan yang tersimpan dalam
nilai-nilai kemanusiaan dirinya.
Para Hujjaj sekalian yang dirahmati Allah.
Masih banyak yang bisa kita sampaikan tentang
akibat dari dosa ini, yang intinya adalah mewabahnya musibah demi musibah yang
menimpa tidak hanya umat manusia tapi juga kemanusiaan dirinya; musibah
tersebut diawali dengan merebaknya berbagai krisis, dimulai dengan krisis
aqidah yang melahirkan krisis moral dan krisis-krisis yang akhirnya mendaparkan
manusia pada krisis peradaban.
Dunia masa kini tak ubahnya bagai gelapnya
belantara hutan di dalamnya berkumpul segala macam binatang. Binatang-binatang
tersebut harus tunduk kepada hukum rimba yang sengaja diciptakan untuk
melindungi kepentingan mereka yang perkasa dan berkuasa. Entah sudah berpuluh,
beratus, beribu, bahkan berjuta korban telah dipersembahkan buat
santapan mereka yang mengklaim, atau tepatnya memaksa dirinya, menjadi
penguasa rimba belantara ini.
Allah Ta’ala berfirman :
“Telah nampak kerusakan di darat dan dilaut
diakibatkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebagai akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali” (Arrum : 41)
Melihat akibat-akibat dosa yang sedemikan
mengenaskan lagi mencemaskan ini, sebenarnya sudah cukup bagi kita untuk
mengakhirinya saat ini juga dan kita hapus.
Kelamnya masa silam dan kelabunya masa lalu
dengan taubat nasuha. Kita buka lembaran hidup baru yang sarat dengan warna
putih yang mencerahkan lagi menenangkan hati.
Tamu-tamu Allah yang dirahmati-Nya…!
Saat ini kita masih dikaruniai kesempatan
hidup di dunia ini. Namun hidup saat ini hanyalah bermakna menjalani sisa umur
belaka. Bertambah waktu bagi kita adalah satu langkah mendekati liang kubur.
Entah sampai kapan Allah mengaruniakan sisa umur ini untuk kita. Boleh jadi ada
diantara kita yang oleh Allah diberi kesempatan hidup bertahun-tahun lagi.
Mungkin diantara kita ada yang sisa umurnya tinggal beberapa bulan ini, atau
beberapa pekan ini, atau boleh jadi ada diantara kita yang oleh Allah diberi
kesempatan untuk menghuni tanah haram ini sebagai tanah peristirahatan menunggu
saat-saat dibangkitkan di hari kiyamat nanti.
Saudara-saudaraku sekalian yang dikasihi Allah
!
Sungguh alangkah indahnya jika umur yang
tersisa ini, umur yang penuh dengan kasih sayang Allah, hari-hari yang kita
lalui selalu sarat dengan magfirrah dan rahmat Allah.
Alangkah indahnya jikalau di sisa umur ini
kita menjadi ahli sujud, yang selalu rindu bersujud kepada Allah, alangkah
beruntungnya jika lidah ini selalu basah menyebut kalimah Allah, alangkah
bahagianya adaikata hari kita ini hari yang penuh keikhlasan, apapun yang kita
lakukan hanya Allah saja yang kita tuju, hari-hari yang kita jalani
adalah hari-hari yang bersemangat untuk memperbaiki diri agar dicintai oleh
Allah, hari-hari yang tersisa menjadi hari-hari yang bersemangat untuk
mempersembahkan yang terbaik untukNya, agar bisa menjadi bekal pulang.
Alangkah indahnya jikalau hari-hari yang tersisa ini menjadi
hari-hari yang penuh dengan kemuliaan, penuh dengan kebaikan, kita menantikan
saat kepulangan kita dengan penuh harap agar bisa wafat husnul
khatimah.
Hadirin Hadirat sekalian !
Alangkah indahnya jikalau malaikat Maut
menjemput kelak, tubuh kita sudah bersih dari dosa, aib-aib sudah terhapus,
orang-orang yang kita sakiti sudah mau memaafkan kita, tidak ada harta haram
yang melekat pada tubuh ini. Alangkah bahagianya jika malaikat menjemput kelak,
tubuh kita terbasuh air wudhu, air mata kita sedang menetes merindukan Allah,
lidah kita sedang lirih nan syahdu menyebut nama Allah, keringat bahkan darah
kita sedang bersimbah di jalan Allah. Alangkah beruntungnya andaikata saat
kepulangan nanti kita benar-benar sudah siap, bekal cukup.
Duhai alangkah bahagianya kalau di akhirat
nanti kita dipanggil Allah dengan seindah-indah panggilan. Kita dipertemukan
oleh-Nya dengan kekasih-kekasih-Nya tercinta, para nabi rasul, juga syuhada’
dan shalihin. Alangkah damainya jika diakhirat nanti kita bertemu denga Rasul
kekasih kita Muhammad SWT, hidup bertetangga dengan beliau di surga Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Namun sebaliknya, alangkah malangnya bagi orang yang mati dalam
keadaan tidak terampuni, dosa berlimpah, aib menggunung, kenistaan bagai
berselimut yang membungkus.mati dalam keadaan munafik. Mati di tempat ma’shiyat
(na’uudzubillah).
Wahai saudaraku, mau kemana lagi, hidup di
dunia hanya mampir sebentar, bukan di sini tempat kita yang sebenarnya.
Lihatlah anak-anak kecil sudah mulai hadir, merekalah yang akan menggantikan
kita. Mungkin diantara kita ada yang beberapa tahun lagi, atau beberapa bulan
lagi, atau ini mungkin hari terakhir kita. Bisa jadi besok kita tidak bangun
lagi. Siapkah andai malam nanti malaikat Maut datang menghampiri kita? walau
bagaimanapun kita harus siap, karena kita pasti akan mati. Kita sering
sekali mempermainkan ampunan Allah, kita bertaubat, sesudah itu kita
langgar perintah Allah, kita terjang larangan Allah.
Pada siang ini kita berkumpul disini ingin
mengikrarkan sebagai manusia yang terpanggil dengan julukan manusia yang beriman,
sebagai manusia baru yang telah dicelup 40 hari lamanya, sebagaimana manusia
yang menyambut seruan dan panggilan Allah SWT 40 hari lamanya telah dibakar
hangus dosa yang pernah kita lakukan, baik disadari ataupun tidak disadari.
Haru hati kami ya Allah pada siang ini, telah
berbaur antara sedih dengan gembira. Sedih karena kami harus berpisah dengan
Padang Arapah yang penuh barakah. Sedih karena mungkin kami harus mengarungi
berbagai hidup yang mungkin akan ganas, khawatir kalau-kalau kami tidak kuasa menghadapinya.
Kami ingat pada orang tua yang telah tiada, ingat pula pada handaitaulan,
tetangga, kawan karib dan jama’ah yang telah mendahului kami, kami ingat semua.
Terbayang pada ingatan kami perilaku yang tidak senonoh yang
pernah kami lakukan. Ampuni ya… Allah dosa-dosa kami. Kami tak kuasa menderita
akibat panasnya api neraka, namun dibalik semua itu perasaan gembira kami
meluap karena siang ini kami masih diberikan kesempatan untuk berkumpul bersama ikhwal iman, sekalipun telah banyak yang berubah.
Hadirin Kaum Muslimin Yang Berbahagia !
Betapa cepat roda perubahan mengitari kita. Di
tahun lalu banyak diantara kita yang masih tampak segar bugar, namun kini telah
terkulai lemah tidak berdaya. Bahkan ada pula tetangga Jama’ah Haji
bersebelahan, atau Jema’ah Haji yang telah mendahului kita.
Kita tidak pernah menyadari kapan giliran itu tiba pada kita,
sekalipun ajal itu datang tanpa permisi, masih juga kita beranggapan bahwa
kematian hanya terjadi pada orang lain. Diantara kita ada yang masih mampu shalat
berjama’ah setiap saat di tahun lalu, akan tetapi di tahun ini kemampuan
fisiknya sudah menurun. Ditahun lalu ada yang masih mampu berjalan mengunjungi
berbagai pengajian, namun di tahun ini sudah tidak berdaya. Bagi mereka ini
kita panjatkan do’a semoga Allah memberikan tempat yang baik di Jannatun-Na’im
Hadirin Kaum Muslimin Yang Berbahagia !
Patut kita syukuri nikmat berkumpul di Padang
Arafah seperti ini, yang entah berapa kali kita mengalaminya, hanya Allah yang
mengetahuinya. Hati tak ingin cepat mati, namun ajal tak dapat ditolak.
Alhamdulillah kita masih diberi umur panjang sampai hari ini.
Namun demikian pula patut kiranya kita resapi
senandung seorang penyair yang berbunyi :
فَرَضَ
عَلىَ النَّاسِ اَنْ يَتُوْبُوْا لَكِنْ تَرْكَ الذُّنُوْبِ اَوْجَبُ
وَالصَّبْرُ
فىِ النَّآئِبَاتِ صَعْبٌ لَكِنْ فَوْتَ الثَّوَابِ اَصْعَبُ
وَالدَّهْرُ
فىِ صَرْفِهِ عَجِيْبٌ لَكِنْ غَفْلَةَ النَّاسِ اَعْجَبُ
وَكُلُّ
مَا قَدْ يَجِئُ قَرِيْبٌ لَكِنَّ اْلمَوْتَ مِنْ ذَاكَ اَقْرَبُ
Betapa nikmat manusia
yang sempat taubat, namun lebih nikmat apabila ia luput dari ma’shiyat.
Alangkah berat menghadapi musibah, namun lebih pahit apabila pahala tidak tergamit.
Sungguh ajaib betapa waktu melenyap cepat, tapi tidaklah lebih ajaib ada insan tak sadar saat.
Setiap yang akrab terasa dekat, akan tetapi tidaklah maut lebih melekat?
Alangkah berat menghadapi musibah, namun lebih pahit apabila pahala tidak tergamit.
Sungguh ajaib betapa waktu melenyap cepat, tapi tidaklah lebih ajaib ada insan tak sadar saat.
Setiap yang akrab terasa dekat, akan tetapi tidaklah maut lebih melekat?
Selanjutnya penyair bersenandung :
يَا مَنْ بِدُنْيَاهُ
اِشْتَغَلْ قَدْ غَرَّهُ طُوْلُ اْلأَمَلْ
أَوْ
لَمْ يَزَلْ فىِ غَفْلَةٍ حَتَّى دَنَا مِنْهُ اْلأَجَلْ
اَلْمَوْتُ
يَأْتِى بَغْتَةً وَالصَّبْرُ صَدُوْقُ اْلعَمَلْ
اِصْبِرْ
عَلىَ أَهْوَالِهَا لاَ مَوْتَ اِلاَّ بِاْلأَجَلْ
Wahai manusia yang
disibukkan dunia, yang terpedaya harapan hampa.
Masih jugakah engkau lalai, sementara ajal semakin mendekat?
Kematian datang dengan sigap, kubur merupakan kurungan perbuatan.
Bersabarlah karena kehebatannya, tiada kematian tanpa ajal.
Masih jugakah engkau lalai, sementara ajal semakin mendekat?
Kematian datang dengan sigap, kubur merupakan kurungan perbuatan.
Bersabarlah karena kehebatannya, tiada kematian tanpa ajal.
Kematian tidak diundang ataupun dicegah. Ia
datang tanpa permisi, tanpa diminta, tanpa mengenal anak ataupun remaja, tak
pandang tua ataupun muda. Datang atas perintah Allah SWT. Apa pula yang
diungkapkan bumi yang kita injak? Anas bin Malik r.a mengatakan bahwa bumi
tempat kita berpijak merasa aneh melihat perilaku manusia. Sehingga bumi
mencoba menarik perhatian manusia dengan sepuluh ungkapannya yang bernada sinis
:
يَا
ابْنَ آدَمَ تَسْعَى عَلىَ ظَهْرِيْ ، وَمَصِيْرُكَ فىِ بَطْنيِ ، وَتَعْصِي عَلىَ
ظَهْرِيْ ، وَتُعَذَّبُ فىِ بَطْنيِ ، تَضْحَكُ عَلىَ ظَهْرِيْ ، وَتَبْكِيْ فىِ
بَطْنِيْ ، وَتَفْرَحُ عَلىَ ظَهْرِيْ ، وَتَحْزَنُ فىِ بَطْنِيْ ، وَتَجْمَعُ
اْلمَالَ عَلىَ ظَهْرِيْ ، وَتَنْدَمُ فىِ بَطْنِيْ ، وَتَأْكُلُ اْلحَرَامَ عَلىَ
ظَهْرِيْ .
“wahai bani Adam ! Engkau seharian
modar-mandir berusaha di atas punggungku, padahal perutku menjadi tempat
kembalimu. Engkau melakukan ma’shiyat di atas punggungku, namun kelak menangis
dalam perutku. Engkau bersenang-senang di atas punggungku, namun bersedih hati
di dalam perutku. Engkau tumpuk-tumpuk hartamu di atas perutku, padahal kelak
engkau menjadi makanan ulat dan cacing dalam perutku. Engkau pongah di atas
punggungku, namun menjadi hina dalam perutku. Engkau bersuka ria di atas
punggungku, namun bermuram durja kelak di dalam perutku. Engkau berpesta pora di
sinar matahari, bulan dan lampu di atas punggungku, namun kelak kau masuk
kegelapan dalam perutku. Engkau dapat berhimpun bersama-sama insan di atas
punggungku namun kelak akan menyendiri dalam perutku”
Allahu akbar 3x
Walillahilhamd !
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah !
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah !
Cukup pedas peringatan demi peringatan yang
mudah-mudahan menggugah kita untuk dapat hidup seimbang. Islam tidak
menghendaki kaum Muslimin melulu memikirkan kematian dan kehidupan akhirat.
Islam mengatur kehidupan kita di dunia ini. Agama Islam adalah agama aturan
hidup, bukan aturan mati. Diaturnya agar setiap insan hidup tertib. Untuk dapat
hidup tertib diperlukan sarana fisik dan material. Bahkan Allah SWT.
berfirman dalam Al-Qur’an
“Sekiranya shalat telah ditunaikan,
bertebaranlah kalian di bumi sambil mengharap karunia Allah. Dan berzikirlah
sebanyak-banyaknya, semoga kalian beruntung”. (QS Al-Jumu’ah : 10).
Hadirin Jamaah Haji yang Dimuliakan
Allah …!
Tatkala Rasulullah SAW usai melontar ‘Aqabah, seorang sahabat berkata,
“wahai Rasulullah, saya telah bercukur namun saya belum menyembelih”.
Rasulullah berkata, “lakukanlah dan tidak ada beban bagimu (tidak apa-apa)”.
Sahabat yang lain berkata, “Saya baru melempar setelah sore”. Puluhan orang
bertanya mengajukan cara berhaji yang termudah untuk mereka dan Rasulullah
selalu menjawab, Laa Haraj. Abdullah bin Amir pernah menghitung dan tidak kurang dari 24
cara; bercukur sesudah melempar, bercukur sebelum melempar, thawaf ifadhah
sebelum melempar dan lain sebagainya.
Jadi, jelas bahwa Rasulullah SAW menghendaki
kemudahan dalam ibadah jasmaniah ini, suatu ajaran yang maha bijak yang perlu
diteladani dan diejawantahkan dikemudian hari.
Para Jamaah Haji yang Dimuliakan Allah … !
Kita ingin lebih dalam lagi memahami makna Haji Mabrur yang
menjadi dambaan setiap orang. Mabrur berasal dari kata “birrun” yang berarti “baik”. Sebab orang Arab selalu
menggunakan kata “birrun” dengan arti
“kebaikan”. Sebagaimana tertuang dalam Al-Qur’an surah ke-3 ayat 92:
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan
(birru), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa
saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya. (Ali ‘Imron : 92).
Ayat ini dengan tegas menjelaskan bahwa
kebajikan adalah kepedulian terhadap lingkungan sosial. Sebab semua ajaran
Islam dirancang untuk memperkuat hubungan pribadi dengan Allah dan sekaligus
memperkuat aspek kehidupan konsekwensinya berupa hubungan baik dengan sesama
manusia.
Sedangkan dimensi haji adalah urusan dengan
Allah, namun efek yang ditimbulkan darinya adalah penuh dengan nilai-nilai
kemanusiaan, sebagaimana termak-tub dalam pidato perpisahan Rasulullah SAW.
Sedangkan makna dari “Haji Mabrur” adalah,
ibadah haji yang diterima oleh Allah. Haji yang diikuti dengan kebaikan-kebaikan.
Adapun janji janji Allah kepada jamaah haji yang memperoleh kualitas mabrur
tiada lain adalah Al-Jannah (surga). Sebagaimana ternukil dalam sebuah hadits :
اَلحَجُّ
اْلمَبـْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَآءٌ إِلاَّ اْلجَـنَّةُ
Haji mabrur tiada
balasan kecuali syurga.
Hadirin Jamah Haji Yang Berbahagia ….!
Rasulullah SAW. menyatakan bahwa tanda haji
mabrur adalah amalnya setelah haji lebih baik dari pada sebelumnya :
عَمَلُهُ
بَعْدَ اْلحَـجِّ خَيْرٌ مِنْ قَبْـلِهِ
Pada kesempatan lain Rasulullah SAW juga bersabda di dalam
hadist Qudsi: “Jika hamba-ku mendekatkan diri kepada-Ku satu jengkal
maka aku mendekatkan diri-Ku sehasta dan apabila ia mendekatkan diri kepada- Ku
satu hasta Aku mendekatkan satu lengan dan bila ia datang kepada-Ku dengan
berjalan aku datangi ia dengan berlari, Allah berfirman: barang siapa lalai
dari mengingat Yang Maha Rahman maka syaitan akan menyesatkannya dan ia menjadi
sahabatnya”.
Pada saat dan waktu yang hening dan sakral ini
kita semua mengharap rahmat, ridha dan ampunan Allah SWT. Mudah-mudahan kita
kembali ke tanah air dalam keadaan bersih dan suci bagaikan anak yang baru
lahir, mendapatkan Haji Mabrur.
Ya Allah, wahai Yang Maha Mendengar, inilah
kami hamba-hamba-Mu ya Karim, Hamba-Mu yang berlumur dosa bergelimang maksiat,
kini memohon kepada-Mu, wahai Yang Maha Rahman, betapapun kami tidak bisa
melihat-Mu, tapi bukankah Engkau sedang menatap kami. Engkau sudah tahu persis
apa yang kami lakukan. Mata berumur ma’shiyat, telinga berlumur dosa. Engkau
sudah mendengar seda kata yang terucap lisan ini. Engkau tahu persis setiap
kebohongan kami. Engkau telah mengetahui janji yangtidak kami tepati. Rabb,
Engkau pun tahu apa yang dilakukan oleh tubuh ini. Semua ma’shiyat yang pernah
dilakukan telah Engkau saksikan semuanya. Malu rasanya dihadapan-Mu ya Allah,
tubuh di depan-Mu ini kami kotori dengan ma’shiyat, kami lumuri dengan aib.
Ya Allah, Engkau tahu kebusukan hati kami,
sering menyombongkan apa yang kau titipkan, memamer-kan, riya, hati penuh
kedengkian.
Ya Allah, kami ingin merobah semuanya. Kau
tahu betapa cape hidup seperti ini, betapa menderita hidup jauh dari-Mu, betapa
sengsara hidup bergelimang dosa dan ma’shiyat.
Rabb, jadikan saat ini benar-benar jadi saat
ini benar-benar jadi saat kau rubah diri-diri kami, dari si busuk berlumur dosa
menjadi orang yang terpelihara dengan Karunia-Mu,dari hamba-Mu yang nista
berlumur aib, menjadi orang yang mulia disisi-Mu, dari si malas, lalai, menjadi
orang yang terpelihara dengan karunia-Mu, dari si dungu yang tiada berilmu
menjadi orang yang benar-benar kau selimuti dengan ilmu-Mu, ya Allah.
Ya Allah, karuniakan kepada kami ampunan-Mu…
اَللَّهُمَّ
اِنَّا نَسْأَلُكَ تَوْبَةً نَصُوْحًا ، تَوْبَةً نَصُوْحًا يَا إِلَهَناَ …
وَتَوْبَةً قَبْلَ اْلمَوْتِ ، وَرَاحَةً عِنْدَ اْلمَوْتِ ، وَمَغْفِرَةً
وَرَحْمَةً بَعْدَ اْلمَوْتِ ، وَالْعَفْوَ عِنْدَ اْلحِسَابِ وَاْلفَوْزَ
بِالْجَنَّةِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ …
Ya Allah, berikan keteguhan bagi kami ya Rabb.
Jangan biarkan kami tergelincir ya Allah dalam kema’shiyatan, jangan biarkan
kami jatuh oleh godaan ya Allah, jangan biarkan kami terperosok dalam nafsu
yang menjerumuskan, berikan kekuatan kepada kami untuk menjaga diri ya Allah.
Kami ingin selamat ya Allah…
Rabb, jangan biarkan nafsu menggelincir kami
dari jalan-Mu, jangan biarkan cinta kami kepada makhluk-Mu membuat kami
menghianati-Mu, jangan biarkan dunia ini menipu, menyilaukan dan memperdaya
kami.
Rabb, karuniakan kepada kami indahnya hidup
bersama-Mu…
Rabb, jadikan sisa umur ini menjadi
orang yang benar-benar terpesona kepada-Mu, menjadi orang yang selalu
merindukan-Mu, menjadi orang yang tak bisa melupakan-Mu. Jadikan hari-hari yang
kami jalani hari-hari yang sibuk berbekal pulang kepada-Mu.
Selamatkan orang tua kami ya Allah, tidak
berhenti kami mendoakan keduanya, darah dagingnya melekat di tubuh kami.
Shalihkan yang belum shalih, muliakan yang terhinakan Islamkan yang belum
Islam, pertemukan bagi yang belum bertemu dengan orang tuanya di tempat yang
berkah.
Ya Allah, ampuni yang orang tuanya berlumuran dosa. Jadikan sisa
umurnya menjadi orang mulia di sisi-Mu. Jadikan akhir hayatnya husnul
khatimah, lindungi dari siksa
kubur ya Allah, jangan….jangan biarkan teraniaya di kubur ya Allah, jadikan
ahli surga-Mu ya Allah. Golongkan kami menjadi anak yang tahu balas budi,
cegahlah kami dari perbuatan durhaka sekecil apapun.
Ya Allah, selamatkan hamba-hamba-Mu yang
berbuat kebaikan kepada kami, juga selamatkan kaum muslimin yang pernah kami
sakiti selama ini, berilah hatinya ridha dan mau memaafkan kami. Selamatkan
kaum muslimin yang pernah menyakiti kami. Golongkan kami menjadi pemaaf yang
tulus.
Ya Allah, lindungi kami dari sifat kikir, lindungi kami dari
sifat amarah, lindungi kami darikemunafikan ya Allah.Lindungi kami dari
perilaku dzalim kepada siapapun.
Ya Allah, jadikan saat ini saat kau ijabah
doa-doa. Kepada siapa lagi ya Allah kami meminta? Sedangkan Engkau penggenggam
jagat ini, sedangkan Engkau pemilik segala kejadian. Pada siapa lagi kami
berharap selain kepada-Mu. Jamulah siapapun yang bermunajah dimanapun dengan
Kau ijabah doanya ya Allah.
Ya Allah, kami ingin bisa pulang selamat, kami
ingin bisa pulang selamat, kami ingin bisa pulang kepada-Mu ya Allah. Ya Allah
lapangkan yang dilanda kesulitan, cukupi yang kekurangan rizki ya Allah,
mudahkan yang sedang dililit kesulitan, bayarkan yang dihimpit hutang piutang,
bahagiakan yang sedang dirundung kesusahan, angkat derajat yang selalu dihina
direndahkan. Lindungi yang teraniaya, khususnya saudara-saudara kami di
Palestina. Teguhkan iman saudara-saudara kami ya Allah. Karuniakan kesabaran,
kemenangan bagi hambamu ya Allah. Kembalikan Masjidil ‘Aqsha kepada umat-Mu ya
Allah. Rabb, Engkaulah penggenggam musuh-musuh-Mu ya Allah. Rabb, karuniakan
kepada kami berbuat sesuatu untuk kemuliaan agama-Mu, untuk hambamu ya Allah.
Ya Allah berikan kemudahan untuk ibadah kepada
kami. Karuniakan shalat yang khusyu’, hati yang ikhlas, orang yang cerdas,
sehatkan lahir bathin kami. Ya Allla, sembuhkan yang sedang ditimpa sakit.
Ya Allah, bagi yang masih berpikir jahat
balikkan hatinya ya Allah, bagi yang masih durhaka bukakan kalbunya ya Allah,
bagi yang berlumuran ma’shiyat tuntun ke jalan-Mu, bagi yang masih kufur beri
hidayah ya Allah, mereka juga hamba-hamba-Mu ya Allah.
Ya Allah, berikan kesanggupan kepada kami
untuk mengajak hamba-hamba-Mu ke jalan-Mu.
Ya Allah, jadikan saat ini menjadi salah satu
saat yang Engkau sukai, saat Kau beri hidayah yang masih tersesat, Kau ampuni
yang berlumuran salah dosa. Kau cahaya qalbu yang gulita.
رَبَّناَ
هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا
لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا .
Karuniakan pendamping yang merindukannya,
pernikahan yang berkah, rumah tangga yang sakinah, keturunan yang shalih
shalihah, jangan terlahir dari diri kami keturunan yang durhaka.
Ya Allah, jangan biarkan rumah tangga kami
menjadi rumah tangga yang penuh bencana. Ya Allah titipkan kepada kami
keturunan yang lebih baik dari pada kami di hadapan-Mu. Jangan biarkan ada
anak-anak yang mencoreng aib di wajah kami. Ampuni jika kami salah mendidik
mereka, ya Rabb. Ya Allah, jangan biarkan anak-anak kami menghujat kami kelak
di akhirat-Mu mulia, dengan Kau masukkan kami semua bersama mereka ke dalam
Surga-Mu.
Ya Allah, andaikata bala bencana yang menimpa
diri kami, negri kami, karena perbuatan ma’shiyat yang kami perbuat, jadikanlah
saat ini saat ampunan, ya Allah. Ampuni sebusuk apa pun diri kami, ampuni
sebanyak apa pun dosa yang kami perbuat. Ampuni segala apapun masa lalu kami,
ampuni segala apapun aib-aib yang kami sembunyikan selama ini.
Ya Allah, ampuni jika selama ini kami
mendustakan-Mu meremehkan keangungan-Mu, melupakan kasih saying-Mu. Ampuni jika
ni’mat yang Kau berikan, kami gunakan untuk berkhianat kepada-Mu. Ampuni
jikalau kami begitu sombong kepada-Mu, ampuni amal-amal kami yang amat jarang
ini: shalat kami yang hampir tiada khusyu’, ampuni shadaqah kami yang amat
kikir, ya Allah. Ampuni kezaliman kami kepada orang tua kami. Engkau Yang Maha
Mengetahui luka dihatinya. Ampuni jikalau orang tua kami menyesal melahirkan
kami. Ampuni ya Allah, jikalau kami sering melukai dan melalaikannya. Ampuni
jika ada orang yang terhina dan tersesat karena lisan kami, ampuni andaikata
ada harta haram, makanan haram yang melekat pada tubuh kami ya Allah. Hapuskan
semuanya ya Allah.
Rabb, selamatkan bangsa kami ini ya Allah,
karuniakan pemimpin yang adil, pemimpin yang mencintai-Mu, mencintai umat-Mu.
Ya Allah, muliakan agama-Mu ini. Jadikan Isla
menjadi jalan keluar bagi krisis yang melanda Bangsa kami. Jangan biarkan
musuh-musuh-Mu menodai dan memfitnah Dien-Mu. Kami yakin Allah, betapun mereka
berusa keras ingin memadamkan Cahaya-Mu dari bumu ini, Engkau justru akan
menyempurnakan Cahaya-Mu, sehingga memancarkan menerangi seluruh lorong persada
alam–Mu ini, betapapun orang-orang kafir tidak menyukainya.
Ya Allah, hanya engkau pembalas segala
kebaikan, lipat ganda rizki terhadap siapapun yang membantu dan menjadi jalan
bagi sampainya kami di tanah haram ini. Angkat derajat mereka, muliakan
hidup mereka di dunia ini, dan masukkan
mereka ke dalam Surga-Mu……
اَللَّهُمَّ
اِنَّا نَسْأَلُكَ حَجًّا مَبْرُوْرًا ، وَسَعْيًا مَشْكُوْرًا ، وَذَنْباً
مَغْفُوْرًا ، وَعَمَلاً صَالِحًا مَقْبُوْلاً ، وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ ، يَا
عَالِمَ مَا فىِ الصُّدُوْرِ اَخْرِجْنَا يَا اَلله مِنَ الظُّلُمَاتِ اِلىَ
النُّوْرِ .
Ya Allah, kami meminta kepada-Mu haji yang
mabrur, sa’i yang masykur, dosa yang terampuni, perniagaan yang tiada pernah
merugi. Jangan biarkan haji kami menjadi fitnah. Jadikan haji kami ini membawa
keberkahan bagi keluarga, keturunan dan lingkungan kami. Jangan biarkan kami
mencemari kehormatan agama-Mu dengan haji ini.
Ya Allah, undang kami kembali berhaji ke tanah
suci ini bersama istri kami, keluarga kami, orang tua kami, sanak saudara kami,
anak-anak dan keturunan kami, juga tetangga dan sahabat-sahabat kami,
wahai Yang Maha Mendengar, Engkaulah yang menggenggam segala kejadian.
Ya Allah, hajat kami kepada-Mu begitu sangat
banyak, hanya Engkaulah Yang Mengetahui seluruh hajad dan kebutuhan kami. Kami
memohon kepada-Mu ya karim, sepanjang hajad dan kebutuhan kami ini baik
menurutmu, dan memberi kemaslahatan dunia dan akhirat bagi kami, maka penuhilah
hajad dan kebutuhan kami ini, juga hajad dan kebutuhan istri,keluarga, orang
tua, dan saudara serta sahabat kami.
Ya Allah, akhirnya berilah pada kesempatan ini
ni’mat, karunia dan keselamatan untuk bisa berhimpun di bawah panji nabi-Mu
Muhammad SAW. Beriringan dengan kafilah para nabi-Mu dan rasul-Mu, beriringan
dengan semua auliya’, syuhada’ dan shalihin, menuju surga-Mu, tempat tidak
seorang tertipu, tempat tidak seorang pun bisa bersedih, tempat semua harapan
berjawab, semua derita kan berakhir.
Ya Allah, tiada tempat berharap bagi kami
selain kepada-Mu, tiada tempat bergantung bagi kami, selain Engkaulah tempat
kembali kami. Penuhilah seluruh harapan kami ini ya Allah denga Kau ijabah
seluruh pinta dan harapan kami ini. Sungguh Engkau tidak
pernah mengingkari janji-janji-Mu …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar