Drs.H.M.SAKTI
RANGKUTI,MA.
Menurut
bahasa, Arab artinya padang pasir. Jazirah dibatasi laut merah dan gurun Sinai
di sebelah barat, disebelah timur dibatasi laut arab yang bersambung dengan
laut India, di sebelah utara dibatasi negeri syam dan sebagian kecil dari
negara iraq, sekalipun terdapat perbedaan dalam penentuan batas ini. Jazirah
Arab hanya dikelilingi oleh gurun dan pasir dari segala sudutnya yang merupakan
benteng yang kokoh, Karena kondisi itulah yang memungkinkan bangsa Arab tidak
terjajah oleh dua Imperium Besar Romawi dan Persia.
Keturunan arab tidak bisa dilepaskan
dari Sejarah Nabi Ibrahim yang membuka pertama kali kehidupan di Hijaz yaitu
didekat Baitul Haram. Sudah diketahui Bahwa Nabi Ibrahim AS Hijrah dari Iraq ke
Haran, termasuk ke Palestina, dan menjadikan negeri itu sebagai pijakan
dakwahnya. Beliau banyak menyusuri negeri ini dengan setitik harapan, hingga akhirnya
beliau sampai ke Mesir. Fira’un Penguasa Mesir saat itu merencanakan siasat
buruk terhadap istri beliau Siti Sarah , Namun Allah justru mengembalikan
Jeratan itu ke lehernya. Hingga akhirnya Firaun tahu kedekatan Siti Sarah
dengan Allah. Untuk itu dia menghadiahkan putrinya sendiri, Hajar untuk menjadi
Pembantu Sarah, Sebagai pengakuan terhadap keutamaan Sarah, dan akhirnya Sarah
mengawinkan Hajar dengan Ibrahim.
Ibrahim as
kembali ke Palestina dan Allah menganugerahkan Ismai’l dari Hajar. Sarah terbakar
api cemburu. Dia memaksa Ibrahim untuk melenyapkan hajar dan putranya yang
masih kecil, Ismail. Maka beliau membawa keduanya ke Hijaz, rasa gundah
menggelayuti pikiran Ibrahim, Beliau menoleh kekiri dan kekanan, lalu
meletakkan putranya ke dalam tenda, tepatnya didekat mata air zam-zam. Saat itu
di Makkah tak ada satupun manusia dan tidak ada mata air. Beliau meletakkan
geriba, wadah air didekat Hajar dan Isma’il,juga korma. Setelah itu Beliau
kembali lagi kePalestina. Beberap ahari tak lama kemudian, bekal dan air telah
habis, sementara tak ada mata air yang mengalir. Tiba-tiba mata air Zam-zam
memancar berkat karunia Allah, sehingga bisa menjadi sumber penghidupan bagi
keduanya.
Suatu
Kabilah dari Yaman (Jurhum kedua ) datang disana, dan atas perkenan Ibu Ismail
mereka menetap disana,. sebelum itu mereka sudah biasa melewati jalur Makkah.
Ada yang mengatakan mereka sudah ada disana sebelum itu, menetap
dilembah-lembah pinggir kota Mekkah. Adapun riwayat Al Bukahry menegaskan bahwa
mereka singgah di Makkah setelah kedatangan Ismail dan Ibunya, sebelum Ismai’l
remaja. Mereka sudah biasa melewati jalur Makkah sebelum itu.
Sebelum remaja Ismail belajar bahasa Arab dari Kabilah Jurhum. Karena merasa tertarik kepadanya, maka mereka mengawinkannya dengan salah seorang wanita dari golongan mereka. Saat itu Ibu Ismail telah meniggal dunia.
Sebelum remaja Ismail belajar bahasa Arab dari Kabilah Jurhum. Karena merasa tertarik kepadanya, maka mereka mengawinkannya dengan salah seorang wanita dari golongan mereka. Saat itu Ibu Ismail telah meniggal dunia.
Suatu saat
Ibrahim hendak menjenguk keluarga yang ditinggalkannya, Maka beliau datang
setelah pernikahan itu. Tatkala tiba dirumah Isma’il, beliau tidak mendapatkan
Isma’il. Maka belaiu bertanya kepada Istrinya, bagaimana keadaan mereka berdua.
Istri Ismail mengeluhkan kehidupan mereka yang melarat. Maka Ibrahim menitip
pesan, agar Istrinya menyampaikan kepada Isma’il untuk merubah palang pintu
rumahnya. Setelah diberitahu, Ismai’l mengerti maksud pesan Ayahnya. Maka
Ismai’l menceraikan Isterinya dan kawin lagi dengan wanita lain, yaitu putri
Mudhah bin Amr, pemimpin dan pemuka Kabilah Jurhum.
Setelah
perkawinan Ismail yang kedua ini Ibrahim datang lagi namun tidak bisa bertemu dengan
Isma’il. Beliau bertanya kepada istri Isma’il keadaan mereka berdua. Jawaban
Istri Ismail adalah pujian kepada Allah. Lalu Ibarahim menitip pesan untuk
Isma’il untuk mengokohkan palang pintunya, kemudian kembali ke Palestina.
Pada
kedatangan ketiga Ibrahim bertemu dengan Ismail yang sedang meraut anak
panahnya di bawah sebuah pohon dekat sumur zam-zam. Tatkala melihat ayahnya,
Ismail berbuat selayaknya seorang anak yang lama tidak bersua Ayahnya.
Pertemuan ini terjadi setelah sekian lama. Dengan adanya pertemuan ini mereka
sepakat untuk membangun Ka’bah, meninggikan sendi-sendinya, dan Ibrahim
memperkenankan orang berhaji sebagaimana yang diperintahkan Allah kepada
beliau.
Dari
perkawinannya dengan putri Mudhah, Ismail dikaruniai anak oleh Allah sebanyak
dua belas, yang semuanya laki-laki, yaitu: Nabat atau Nabayuth, Qidar, Adbai’l,
Mabsyam, Masyama, Duma, Misya, Hadad, Yatma, Yathur, Nafis dan Qaidaman.dari
mereka inilah kemudian menjadi dua belas kabilah, yang semuanya menetap di
Makkah untuk sekian lama. Pokok pencaharian mereka adalah berdagang, membentang
dari Negeri Yaman hingga ke Syam dan Mesir.Selanjutnya Kabilah-kabilah ini
menyebar di berbagai penjuru Jazirah, bahkan keluar Jazirah. Seiring dengan
perjalanan waktu, keadaan mereka tidak lagi terdeteksi kecuali anak keturunan
Nabat dan Qidar.
Peradaban
anak keturunan Nabat bersinar di Hijaz utara. Mereka mampu mendirikan
pemerintahan yang kuat dan menguasai daerah-daerah disekitarnya, menjadikan
Al-Bathra sebagai Ibukotanya. Tak seorang pun berani memusuhi mereka hingga
datang pasukan Romawi yang melindas mereka.
Sedangkan
anak keturunan Qidar bin Ismail tetap menetap di Makkah, beranak pinak disana
hingga menurunkan adnan dan anaknya Ma’ad. Dari merekalah Keturunan Arab
Adnaniyah dapat dipertahankan keberadaannya. Adnan adalah kakek ke dua puluh
dua dalam silsilah keturunan Nabi SAW.Antara Adnan sampai Ibrahim ada empat
puluh keturunan yang didasarkan pada penelitian yang mendetail.
Keturunan
Ma’ad dari anaknya Nizar telah berpencar kemana-kemana menurut suatu pendapat,
Nizar adalah satu-satunya anak Ma’ad . Sedangkan Nizar sendiri mempunyai empat
anak, yang kemudian menjadi empat kabilah besar, yaitu Iyadh, Anmar, Rabi’ah
dan Mudhar. Dua kabilah terakhir inilah yang paling banyak marga dan sukunya.
Dari Rabi’ah ada Asad bin Rabi’ah, Anzah, Abdul Qais, dua anak Wa’il, Bakr dan
Taghlib, Hanifah dan lain-lainnya.
Sedangkan
Kabilah Mudhar berkembang menjdai dua suku yang besar, yaitu Qais Ailan bin
Mudhar dan Marga-marga Ilyas bin mudhar. Dari Qais Ailan ada bani Sulaim, Bani
Hawazin, Bani Gathafan. Dari Gatahafan ada Abs, Dzibyan,Asyja dan Ghany bin
A’shar. Dari Ilyas bin Mudhar ada Tamim bin Murrah, Huzail bin mudrikah, Bani
Asad bin khuzaimah dan marga-marga Kinanah bin khuzaimah. Dari Kinanah ada Quraisy,
yaitu anak Keturunan Fihr bin Malik bin An-Nadhar bin Kinanah.
Quraisy
terbagi menjadi beberapa kabilah, yang terkenal adalah Jumuh, Sahm, Makhzum,
Taim,Zuhrah, dan suku-suku Qushay bin Kilab, yaitu abdur-dar bin Qushay, Asda
bin Abdul uzzabin Qushay dan abdi Manaf bin Qusay.
Abdi Manaf
mempunyai empat anak : abdi Syams, Naufal,Al Muthalib dan Hasyim. Hasyim adalah
keluarga yang dipilih Allah bagi Muhammad bin Abdullah bin Abdul muthalib bin
hasyim. Rasulullah pernah bersabda :
“Sesungguhnya
Allah telah memilih Ismai’l dari anak Ibrahim, memilih Kinanah dari anak
Ismail, memilih Quraisy dari bani Kinanah, Memilih Bani Hasyim dari Quraisy dan
memilihku dari bani Hasyim” (HR.
Muslim dan Tirmidzi)
Drs.H.M.SAKTI
RANGKUTI,MA.
Menurut
bahasa, Arab artinya padang pasir. Jazirah dibatasi laut merah dan gurun Sinai
di sebelah barat, disebelah timur dibatasi laut arab yang bersambung dengan
laut India, di sebelah utara dibatasi negeri syam dan sebagian kecil dari
negara iraq, sekalipun terdapat perbedaan dalam penentuan batas ini. Jazirah
Arab hanya dikelilingi oleh gurun dan pasir dari segala sudutnya yang merupakan
benteng yang kokoh, Karena kondisi itulah yang memungkinkan bangsa Arab tidak
terjajah oleh dua Imperium Besar Romawi dan Persia.
Keturunan arab tidak bisa dilepaskan
dari Sejarah Nabi Ibrahim yang membuka pertama kali kehidupan di Hijaz yaitu
didekat Baitul Haram. Sudah diketahui Bahwa Nabi Ibrahim AS Hijrah dari Iraq ke
Haran, termasuk ke Palestina, dan menjadikan negeri itu sebagai pijakan
dakwahnya. Beliau banyak menyusuri negeri ini dengan setitik harapan, hingga akhirnya
beliau sampai ke Mesir. Fira’un Penguasa Mesir saat itu merencanakan siasat
buruk terhadap istri beliau Siti Sarah , Namun Allah justru mengembalikan
Jeratan itu ke lehernya. Hingga akhirnya Firaun tahu kedekatan Siti Sarah
dengan Allah. Untuk itu dia menghadiahkan putrinya sendiri, Hajar untuk menjadi
Pembantu Sarah, Sebagai pengakuan terhadap keutamaan Sarah, dan akhirnya Sarah
mengawinkan Hajar dengan Ibrahim.
Ibrahim as
kembali ke Palestina dan Allah menganugerahkan Ismai’l dari Hajar. Sarah terbakar
api cemburu. Dia memaksa Ibrahim untuk melenyapkan hajar dan putranya yang
masih kecil, Ismail. Maka beliau membawa keduanya ke Hijaz, rasa gundah
menggelayuti pikiran Ibrahim, Beliau menoleh kekiri dan kekanan, lalu
meletakkan putranya ke dalam tenda, tepatnya didekat mata air zam-zam. Saat itu
di Makkah tak ada satupun manusia dan tidak ada mata air. Beliau meletakkan
geriba, wadah air didekat Hajar dan Isma’il,juga korma. Setelah itu Beliau
kembali lagi kePalestina. Beberap ahari tak lama kemudian, bekal dan air telah
habis, sementara tak ada mata air yang mengalir. Tiba-tiba mata air Zam-zam
memancar berkat karunia Allah, sehingga bisa menjadi sumber penghidupan bagi
keduanya.
Suatu
Kabilah dari Yaman (Jurhum kedua ) datang disana, dan atas perkenan Ibu Ismail
mereka menetap disana,. sebelum itu mereka sudah biasa melewati jalur Makkah.
Ada yang mengatakan mereka sudah ada disana sebelum itu, menetap
dilembah-lembah pinggir kota Mekkah. Adapun riwayat Al Bukahry menegaskan bahwa
mereka singgah di Makkah setelah kedatangan Ismail dan Ibunya, sebelum Ismai’l
remaja. Mereka sudah biasa melewati jalur Makkah sebelum itu.
Sebelum remaja Ismail belajar bahasa Arab dari Kabilah Jurhum. Karena merasa tertarik kepadanya, maka mereka mengawinkannya dengan salah seorang wanita dari golongan mereka. Saat itu Ibu Ismail telah meniggal dunia.
Sebelum remaja Ismail belajar bahasa Arab dari Kabilah Jurhum. Karena merasa tertarik kepadanya, maka mereka mengawinkannya dengan salah seorang wanita dari golongan mereka. Saat itu Ibu Ismail telah meniggal dunia.
Suatu saat
Ibrahim hendak menjenguk keluarga yang ditinggalkannya, Maka beliau datang
setelah pernikahan itu. Tatkala tiba dirumah Isma’il, beliau tidak mendapatkan
Isma’il. Maka belaiu bertanya kepada Istrinya, bagaimana keadaan mereka berdua.
Istri Ismail mengeluhkan kehidupan mereka yang melarat. Maka Ibrahim menitip
pesan, agar Istrinya menyampaikan kepada Isma’il untuk merubah palang pintu
rumahnya. Setelah diberitahu, Ismai’l mengerti maksud pesan Ayahnya. Maka
Ismai’l menceraikan Isterinya dan kawin lagi dengan wanita lain, yaitu putri
Mudhah bin Amr, pemimpin dan pemuka Kabilah Jurhum.
Setelah
perkawinan Ismail yang kedua ini Ibrahim datang lagi namun tidak bisa bertemu dengan
Isma’il. Beliau bertanya kepada istri Isma’il keadaan mereka berdua. Jawaban
Istri Ismail adalah pujian kepada Allah. Lalu Ibarahim menitip pesan untuk
Isma’il untuk mengokohkan palang pintunya, kemudian kembali ke Palestina.
Pada
kedatangan ketiga Ibrahim bertemu dengan Ismail yang sedang meraut anak
panahnya di bawah sebuah pohon dekat sumur zam-zam. Tatkala melihat ayahnya,
Ismail berbuat selayaknya seorang anak yang lama tidak bersua Ayahnya.
Pertemuan ini terjadi setelah sekian lama. Dengan adanya pertemuan ini mereka
sepakat untuk membangun Ka’bah, meninggikan sendi-sendinya, dan Ibrahim
memperkenankan orang berhaji sebagaimana yang diperintahkan Allah kepada
beliau.
Dari
perkawinannya dengan putri Mudhah, Ismail dikaruniai anak oleh Allah sebanyak
dua belas, yang semuanya laki-laki, yaitu: Nabat atau Nabayuth, Qidar, Adbai’l,
Mabsyam, Masyama, Duma, Misya, Hadad, Yatma, Yathur, Nafis dan Qaidaman.dari
mereka inilah kemudian menjadi dua belas kabilah, yang semuanya menetap di
Makkah untuk sekian lama. Pokok pencaharian mereka adalah berdagang, membentang
dari Negeri Yaman hingga ke Syam dan Mesir.Selanjutnya Kabilah-kabilah ini
menyebar di berbagai penjuru Jazirah, bahkan keluar Jazirah. Seiring dengan
perjalanan waktu, keadaan mereka tidak lagi terdeteksi kecuali anak keturunan
Nabat dan Qidar.
Peradaban
anak keturunan Nabat bersinar di Hijaz utara. Mereka mampu mendirikan
pemerintahan yang kuat dan menguasai daerah-daerah disekitarnya, menjadikan
Al-Bathra sebagai Ibukotanya. Tak seorang pun berani memusuhi mereka hingga
datang pasukan Romawi yang melindas mereka.
Sedangkan
anak keturunan Qidar bin Ismail tetap menetap di Makkah, beranak pinak disana
hingga menurunkan adnan dan anaknya Ma’ad. Dari merekalah Keturunan Arab
Adnaniyah dapat dipertahankan keberadaannya. Adnan adalah kakek ke dua puluh
dua dalam silsilah keturunan Nabi SAW.Antara Adnan sampai Ibrahim ada empat
puluh keturunan yang didasarkan pada penelitian yang mendetail.
Keturunan
Ma’ad dari anaknya Nizar telah berpencar kemana-kemana menurut suatu pendapat,
Nizar adalah satu-satunya anak Ma’ad . Sedangkan Nizar sendiri mempunyai empat
anak, yang kemudian menjadi empat kabilah besar, yaitu Iyadh, Anmar, Rabi’ah
dan Mudhar. Dua kabilah terakhir inilah yang paling banyak marga dan sukunya.
Dari Rabi’ah ada Asad bin Rabi’ah, Anzah, Abdul Qais, dua anak Wa’il, Bakr dan
Taghlib, Hanifah dan lain-lainnya.
Sedangkan
Kabilah Mudhar berkembang menjdai dua suku yang besar, yaitu Qais Ailan bin
Mudhar dan Marga-marga Ilyas bin mudhar. Dari Qais Ailan ada bani Sulaim, Bani
Hawazin, Bani Gathafan. Dari Gatahafan ada Abs, Dzibyan,Asyja dan Ghany bin
A’shar. Dari Ilyas bin Mudhar ada Tamim bin Murrah, Huzail bin mudrikah, Bani
Asad bin khuzaimah dan marga-marga Kinanah bin khuzaimah. Dari Kinanah ada Quraisy,
yaitu anak Keturunan Fihr bin Malik bin An-Nadhar bin Kinanah.
Quraisy
terbagi menjadi beberapa kabilah, yang terkenal adalah Jumuh, Sahm, Makhzum,
Taim,Zuhrah, dan suku-suku Qushay bin Kilab, yaitu abdur-dar bin Qushay, Asda
bin Abdul uzzabin Qushay dan abdi Manaf bin Qusay.
Abdi Manaf
mempunyai empat anak : abdi Syams, Naufal,Al Muthalib dan Hasyim. Hasyim adalah
keluarga yang dipilih Allah bagi Muhammad bin Abdullah bin Abdul muthalib bin
hasyim. Rasulullah pernah bersabda :
“Sesungguhnya
Allah telah memilih Ismai’l dari anak Ibrahim, memilih Kinanah dari anak
Ismail, memilih Quraisy dari bani Kinanah, Memilih Bani Hasyim dari Quraisy dan
memilihku dari bani Hasyim” (HR.
Muslim dan Tirmidzi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar