Minggu, 10 Februari 2013

KENAPA SAYA KELUAR DARI TAREKAT NAQSABANDIYAH ?



EDITOR: USTADZ. DRS.HM.SAKTI RANGKUTI,MA
GURU AGAMA ISLAM SMAN 1 GALANG-DELI SERDANG 
12JUN
(bagus) TAREKAT NAQSYABANDIYAH : Kenapa saya keluar dari Sufi “Tarekat/Tariqat/Tariqah Naqshbandiyah/Naqsyabandiyah”? | Sejarah, Prinsip Dasar dan Ajaran Tarekat Sufy Naqsyabandiyah |

.







Tarekat/Tariqat/Tariqah Naqshbandiyah/Naqsyabandiyah merupakan salah satu tarekat sufi yang paling luas penyebaran nya, dan terdapat banyak di wilayah Asia  serta Turki, Bosnia-Herzegovina, dan wilayah Dagestan, Russia.
Kata Naqsyabandiyah/Naqsyabandi/Naqshbandi نقشبندی berasal dari Bahasa Arab iaitu Murakab Bina-i dua kalimah Naqsh dan Band yang bererti suatu ukiran yang terpateri, atau mungkin juga dari Bahasa Persia, atau diambil dari nama pendirinya yaitu Baha-ud-Din Naqshband. Sebagian orang menerjemahkan kata tersebut sebagai “pembuat gambar”, “pembuat hiasan”. Sebagian lagi menerjemahkannya sebagai “Jalan Rantai”, atau “Rantai Emas”.
Tarekat ini didirikan oleh Imam Tariqat Hadhrat Khwajah Khwajahgan Sayyid Shah Muhammad Bahauddin Naqshband Al-Bukhari Al-Uwaisi , dilahirkan pada bulan Muharram tahun 717 Hijrah bersamaan 1317 Masihi iaitu pada abad ke 8 Hijrah bersamaan dengan abad ke 14 Masihi di sebuah perkampungan bernama Qasrul ‘Arifan berdekatan Bukhara. Ia menerima pendidikan awal Tariqat secara Zahir dari gurunya Hadhrat Sayyid Muhammad Baba As-Sammasi dan seterusnya menerima rahsia-rahsia Tariqat dan Khilafat dari Syeikhnya, Hadhrat Sayyid Amir Kullal .
Shah Naqshband telah berkata: Pada suatu hari aku dan sahabatku sedang bermuraqabah,lalu pintu langit terbuka dan gambaran Musyahadah hadir kepadaku lalu aku mendengar satu suara berkata, “Tidakkah cukup bagimu untuk meninggalkan mereka yang lain dan hadir ke Hadhrat Kami secara berseorangan?”………….
********
Berikut ini kisah perjalanan dakwah Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu hafidzahullah sebelum beliau mengenal dakwah Salafiyah. Bagaimana kesesatan Shufi yang banyak menyimpang dari tauhid menemani langkah dakwah beliau.
Mengikuti Thariqat Naqsabandiyah
Sejak kecil saya selalu mengikuti pelajaran dan halaqoh dzikir di masjid. Suatu ketika, pemimpin tarekat Naksabandiyyah melihatku, lalu ia mengajakku ke pojok masjid dan memberiku wirid-wirid tarekat Naksabandiyyah. Namun, karena usiaku yang masih belia, saya belum mampu membaca wirid-wirid itu sesuai dengan petunjuknya, tetapi saya tetap mengikuti pelajaran mereka bersama teman-teman saya dari pojokan masjid.
Saya mendengar lantunan qasidah dan nyanyian mereka, dan ketika sampai pada penyebutan nama syaikh mereka, dengan serta merta mereka meninggikan dan mengeraskan suara. Teriakan keras di tengah malam ini sangat menggangguku dan membuatku takut dan merinding.
Dan ketika usiaku semakin menajak dewasa, salah seorang kerabat mengajakku ke masjid di daerah kami untuk mengikuti acara yang mereka namakan al-khatam. Kami duduk melingkar, kemudian salah seorang syaikh membagikan kepada kami batu-batu kecil dan berkata:”Al-Fatihah Asy-Syarif dan Al-Ikhlash Asy-Syarif”.
Lalu dengan jumlah batu-batu kecil itu kami membaca surat Al-Fatihah, surat Al-Ikhlash, istighfar dan sholawat dengan bentuk bacaan sholawat yang telah mereka hafal.
Diantara bentuk sholawat yang saya ingat adalah
اللّهُمَ صَلِّ عَلىَ محَُمَّدٍ عَدَدَ الدَّوَابِّ
“Ya Allah, berilah sholawat untuk Muhammad sebanyak binatang melata”
Mereka membaca sholwat ini dengan suara keras di akhir dzikir. Dan selanjutnya, syaikh yang ditugaskan itu menutupnya dengan ucapan rabithah syarifah (ikatan mulia). Mereka mengucapkannya dengan tujuan membayangkan wujud syaikhnya saat menyebut namanya, karena syaikh itulah –menurut mereka- yang mengikat mereka dengan Allah Azza wa Jalla.
Mereka merendahkan suara kemudian berteriak dan terbuai dalam kekhusyu’an,saat itu saya melihat salah seorang diantara mereka melompat ke atas kepala orang-orang yang hadir dari tempat yang tinggi karena kesedihan yang mendalam bagaikan permainan sulap. Saya heran dengan tingkah dan suara yang keras ini ketika menyebut nama syaikh tarekat mereka.
Suatu ketika saya berkunjung ke rumah salah seorang kerabatku dan mendengarkan lantunan nyanyian dari kelompok tarekat Naksabandiyyah, yang berbunyi:
دَلُوْنِيْ بِاللهِ دَلُوْنِيْ عَلَى شَيْخِ النَّصْرِ دَلُوْنِي
Tunjuki aku, demi Allah, tunjuki aku. Kepada syaikh penolong, tunjuki aku
اللَّي يُبْرِي العَلِيْلَ وَيَشْفِي المَجْنُوْنَا
Syaikh yang menyembuhkan orang yang sakit. Dan menyembuhkan orang yang gila
Saya berdiri di depan pintu rumah, dan belum sempat masuk ke dalam, lalu berkata kepada tuan rumah:”Apakah syaikh itu yang menyebabkan orang yang sakit dan orang gila?”. Ia menjawab: ”Ya, yang telah diberikan Allah Azza wa Jalla mukjizat menghidupkan orang yang mati, menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit sopak, tetapi ia tetap mengatakan “dengan izin Allah”.
Kemudian ia berkata kepadaku:”Dan syaikh kami juga melakukannya dengan izin Allah”. Lalu saya  menyanggahnya:”Tetapi mengapa Anda tadi tidak mengatakannya ‘dengan izin Allah’?”.
Karena penyembuh yang sebenarnya adalah Allah Azza wa Jalla semata, sebagaimana perkataan Ibrohim ‘alaihi salam dalam Al-Qur’an:
{وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ} (80) سورة الشعراء
“Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku (QS. Asy-Syu’ara: 80).
*****
Beberapa Catatan Tentang Thariqat Naqsabandiyah 
1. Ciri khusus tarekat ini adalah wirid-wirid mereka yang tidak dikeraskan. Jadi tarekat ini tidak mengandung tari-tarian dan tepuk tangan sebagaimana pada tarekat-tarekat lainnya.
2. Dzikir-dzikir yang dilakukan secara berkelompok dan pembagian batu-batu kecil untuk setiap orang, lalu mereka diperintahkan membaca sesuatu dan meletakkan batu-batu kecil di dalam gelas berisi air untuk diminum dengan niat kesembuhan, semuanya itu adalah termasuk perbuatan bid’ah yang pernah diingkari oleh salah seorang sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu ketika masuk ke dalam masjid dan melihat sekelompok orang yang duduk melingkar dan ditangan mereka terdapat batu-batu kecil. Salah seorang diantara mereka berkata:”Bertasbihlah kalian sebanyak batu-batu kecil yang ada di tangan kalian!”.
Beliau mencela perbuatan mereka sambil berkata:”Perbuatan apa yang kalian lakukan ini?”.Mereka menjawab:’Wahai Abu Abdurrahman, kami bertakbir, bertahlil, dan bertasbih dengan batu-batu ini”. Lalu beliau berkata:”Hitunglah dosa-dosa kalian, dan saya menjamin bahwa segala kebaikanmu tidak akan disia-siakan sedikitpun. Celakalah kalian wahai umat Muhammad, mengapa begitu cepat kalian binasa? Sahabat-sahabat Rasul kalian masih banyak yang masih hidup, baju mereka belum hancur, perabot mereka belum pecah, dan demi jiwaku ada di tangan-Nya. Apakah petunjuk kalian lebih baik dari petunjuk Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam? Ataukah kalian telah membuka pintu kesesatan?!” [1]
Jika kita menggunakan logika yang murni, apakah mungkin petunjuk mereka yang lebih baik dari pada petunjuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, karena mereka telah mendapatkan taufik (petunjuk) untuk melaksanakan suatu amalan yang tidak diketahui oleh beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam?, atau mungkin mereka yang sesat?. Kemungkinan pertama jelas salah, karena tidak ada seorangpun yang lebih baik dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Jika demikian, berarti tersisa kemungkinan yang terakhir.

3. Rabithah Syarifah (ikatan mulia). Istilah ini menurut mereka adalah gambaran wujud syaikh, seolah-olah ia datang mengawasi mereka ketika namanya disebut dalam dzikir. Sehingga kita dapat melihat bagaimana mereka melakukannya dengan penuh kekhusyu’an dan berteriak-teriak dengan suara yang tidak jelas. Dan inilah derajat ihsan yang sebenarnya, yang menurut mereka dijelaskan dalam sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam:
الإحسان أن تعبد الله كأنك تراه, فإن لم تكن تراه فإنه يراك (رواه مسلم).
“Ihsan itu adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Ia melihatmu” (HR. Muslim).
Dalam hadits ini, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memberikan petunjuk agar kita menyembah Allah seakan-akan kita melihat-Nya, dan jika kita tidak meliaht-Nya, maka sesungguhnya Dia melihat kita. Inilah derajat ihsan yang ditujukan hanya kepada Allah Azza wa jalla semata. Tetapi mereka justru mempersembahkan ihsan itu untuk syaikh mereka. Dan ini termasuk perbuatan syirik yang dilarang Allah Azza wa Jalla dalam firman-Nya:
{وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا …} (36) سورة النساء
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun…”(QS. An-Nisa: 36).
Jadi, dzikir itu adalah ibadah yang hanya ditujukan kepada Allah Azza wa Jalla semata dan tidak boleh mempersekutukan-Nya dengan yang lain. Walaupun ia malaikat, seorang Rasul maupun seorang syaikh yang justru kedudukannya di bawah para Rasul. Sehingga larangan mempersekutukan Allah Azza wa Jalla dengan mereka menjadi lebih jelas. Sebenarnya penggambaran syaikh mereka ketika menyebutkan namanya juga terdapat dalam tarekat Syadzaliyyah.
4. Teriakan keras yang mereka lakukan ketika menyebut nama syaikh mereka atau ketika memohon pertolongan kepada selain Allah, seperti kepada ahlul bait dan orang-orang yang dekat kepada Allah Azza wa Jalla adalah termasuk perbuatan mungkar bahkan termasuk perbuatan syirik yang sangat dilarang.
Berteriak dengan suara keras ketika menyebut nama Allah Azza wa Jalla adalah suatu kemungkaran, karena bertentangan dengan firman Allah:
{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ …} (2) سورة الأنفال
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka…”(QS. Al-Anfal: 2).
Juga bertentangan dengan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam:
أيها الناس اربعوا على أنفسكم, فإنكم لا تدعون أصم ولا غائبا, إنكم تدعون سميعا قريبا وهو معكم (رواه البخاري و مسلم).
“Wahai manusia sekalian, kasihanilah diri kalian (pelan-pelan dalam berdo’a) karena kalian tidak memanjatkan do’a kepada Dzat yang tuli dan Dzat yang tiada, tetapi kalian memanjatkan do’a kpada Yang Maha Mendengar dan Maha Dekat, dan Dia selalu bersamamu” (HR. Bukhori; Muslim).
Bila menyebut nama Allah Azza wa Jalla dengan suara yang keras itu dilarang, maka berteriak, khusyu’ dan menangis ketika menyebut nama syaikh mereka termasuk kemungkaran yang lebih besar. Karena perbuatan ini termasuk bentuk “kegembiraan” yang digambarkan oleh Allah Azza wa Jalla tentang keadaan orang-orang musyrik dalam firman-Nya:
{وَإِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَحْدَهُ اشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ وَإِذَا ذُكِرَ الَّذِينَ مِن دُونِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ} (45) سورة الزمر
“Dan apabila hanya nama Allah saja disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati”(QS. Az-Zumar: 45).
5. Sikap ghuluw terhadap tarekat serta keyakinan bahwa syaikh mereka itulah yang dapat menyembuhkan orang yang sakit. Padahal Allah Azza wa Jalla menyebutkan perkataan Nabi Ibrohim dalam Al-Qur’an:
{وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ} (80) سورة الشعراء
“Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku  (QS. Asy-Syu’ara: 80).
Demikian juga dengan kisah seorang pemuda mukmin yang berdo’a kepada Allah untuk orang-orang yang sakit, lalu Allah Azza wa Jalla menyembuhkan mereka, ketika seorang kerabat raja berkata kepadanya:”Kamu akan mendapatkan harta yang banyak ini, jika engkau dapat menyembuhkanku”. Kemudian pemuda itu berkata:”Saya tidak dapat menyembuhkan seseoang, karena yang dapat menyembuhkan itu adalah Allah Azza wa Jalla, jika engkau beriman kepada Allah Azza wa Jalla maka saya akan memohon kepada Allah Azza wa Jalla dan menyembuhkanmu” (HR. Muslim).
6. Penyebutan lafadz tunggal “Allah” ribuan kali adalah wirid mereka. Padahal dzikir dengan menggunakan lafadz “Allah” tidak memiliki landasan syar’I, baik dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat, para tabi’in, maupun dari para imam-imam mujtahidin. Perbuatan ini diadopsi dari perbuatan bid’ah orang-orang shufi. Karena lafadz “Allah” dalam bahasa arab adalah mubtada’ yang tidak mengandung khobar, sehingga kalimat itu menjadi tidak lengkap.
Seandainya seseorang menyebut nama “Umar” berkali-kali dan kita bertanya kepadanya:”Apa yang Anda inginkan dari Umar?”. Kemudian orang tersebut tidak menjawab apa-apa kecuali dengan menyebutkan nama “Umar, Umar…” berkali-kali, maka kita tidak akan mengatakan bahwa ia adalah orang gila, tidak memahami apa yang ia ucapkan.
Orang-orang shufi ketika berdzikir dengan menggunakan lafadz tunggal tersebut, berdalil dengan firman Allah Azza wa Jalla:
{… قُلِ اللّهُ …} (91) سورة الأنعام
“Katakanlah: “Allah-lah (yang menurunkannya)” (QS. Al-An’am: 91).
Seandainya mereka membaca penggalan ayat sebelumnya, tentu mereka akan paham, bahwa maksud ayat itu adalah:”Katakanlah: Allah-lah yang menurunkan kitab itu”.
Adapun nash ayat yang dimaksud adalah firman-Nya:
{وَمَا قَدَرُواْ اللّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُواْ مَا أَنزَلَ اللّهُ عَلَى بَشَرٍ مِّن شَيْءٍ قُلْ مَنْ أَنزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاء بِهِ مُوسَى نُورًا وَهُدًى لِّلنَّاسِ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا وَعُلِّمْتُم مَّا لَمْ تَعْلَمُواْ أَنتُمْ وَلاَ آبَاؤُكُمْ قُلِ اللّهُ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ} (91) سورة الأنعام
Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata: “Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia.” Katakanlah: “Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya) ?” Katakanlah: “Allah-lah (yang menurunkannya)” (QS. Al-An’am: 91).
Maksudnya adalah:”Katakanlah: Allah-lah yang menurunkan kitab Taurat itu”.
Catatan Kaki:
[1] HR. Ad-Darimi dan Ath-Thabariy. Hadits Hasan.
******
TAREKAT SUFI NAQSYABANDIYAH
Pertanyaan.
Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiyah Wal Ifta ditanya: Ada sebuah perkumpulan wanita dari Kuwait. Mereka menyebarkan dakwah sufi beraliran Naqsyabandiyah secara sembunyi-sembunyi perkumpulan wanita tersebut berada dibawah naungan lembaga resmi.
 Kami telah mempelajari kitab-kitab mereka & berdasarkan pengakuan mereka yg pernah ikut perkumpulan wanita ini tarekat ini memiliki pemahaman diantaranya:
(a). Barangsiapa yg tdk mempunyai syaikh maka yg menjadi syaikhnya adalah syetan.
(b). Barangsiapa yg tdk bisa mengambil ahlak syaikh/gurunya maka tdk akan bermanfaat baginya Kitab & Sunnah.
(c). Barangsiapa yg mengatakan pd syaikhnya “Mengapa begitu?” Maka tak akan sukses selamanya.
Selain itu mereka berdzikir (dengan tata cara sufi tentunya) seraya membawa gambar syaikhnya. Mereka suka mencium tangan gurunya yg bergelar Al-Anisaa & berasal dari negeri Arab. Mereka menganggap akan mendapat berkah dg meminum air sisa sang gurunya.
Mereka menulis do’a dg do’a khusus yg dinukil dari buku Al-Lu’lu wa Al-Marjan Fi Taskhiri Muluki Al-Jann. Dan dalam lapangan pendidikan perkumpulan ini membangun madarasah khusus utk kalangan sendiri mereka didik anak-anak berdasarkan ide-ide kelompoknya bahkan ada di antaranya yg mengajar di sekolah-sekolah negeri umum baik jenjang setingkat SMP maupun SMA. Sebagian mereka ada yg berpisah dg suami & meminta cerai lewat pengadilan hal itu terjadi manakala sang suami menyuruh sang istri agar menjauh dari aliran yg sesat ini.
Pertanyaan yg kami ajukan:
. Bagaimanakah menurut syariat tentang perkumpulan wanita tersebut?.
. Diperbolehkan mengawini mereka?.
. Bagaimana pula hukumnya dg akad nikah yg telah berlangsung selama ini?.
. Sekarang nasihat & ancaman yg bagaimana yg pantas utk mereka?.
Mohon penjelasan.
Jawaban.
Tarekat sufi salah satunya Naqsyabandiyah adalah aliran sesat & bid’ah menyeleweng dari Kitab & Sunnah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Artinya: Jauhilah oleh kalian perkara baru karena sesuatu yg baru (di dalam agama) adalah bid’ah & setiap bid’ah adalah sesat”. (Hadits Shahih Riwayat Ahmad Abu Dawud Ibnu Majah Tirmidzi & Hakim)
Tarekat sufi tdk semata bid’ah. Bahkan di dalamnya terdapat banyak kesesatan & kesyirikan yg besar hal ini dikarenakan mereka mengkultuskan syaikh/guru mereka dg meminta berkah darinya & penyelewengan-penyelewengan lainnya bila dilihat dari Kitab & Sunnah. Diantaranya pernyataan-pernyataan kelompok sufi sebagaimana telah diungkap oleh penanya.
Semua itu adalah pernyataan yg batil & tdk sesuai dg Al-Qur’an & Sunnah sebab yg patut diterima perkataannya secara mutlak adalah perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana firman Allah.
“Artinya: Apa yg diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yg dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah”. (Al-Hasyr: 7)
“Artinya: Dan tidaklah yg diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya”. (An-Najm: 3)
Adapun selain Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam walau bagaimana tinggi ilmunya perkataannya tdk bisa diterima kecuali kalau sesuai dg Al-Kitab & Sunnah. Adapun yg berpendapat wajib metaati seseorang selain Rasul secara mutlak hanya lantaran memandang “si dia/orang”nya maka ia murtad (keluar dari Islam). Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Artinya: Mereka menjadikan orang-orang alimnya & rahib-rahib mereka sebagai Rabb selain Allah & (juga mereka menjadikan Rabb) Al-Masih putera Maryam ; padahal mereka hanya disuruh menyembah Ilah Yang Maha Esa ; tdk ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yg mereka persekutukan”. (At-Taubah: 31)
Ulama menafsirkan ayat ini bahwa makna kalimat “menjadikan para rahib sebagai tuhan” ialah bila mereka menta’ati dalam menghalalkan apa yg diharamkan & mengharamkan apa yg dihalalkan. Hal ini diriwayatkan dalam hadits Adi bin Hatim.
Maka wajiblah berhati-hati terhadap aliran sufi baik dia laki-laki / perempuan demikianlah pula terhadap mereka yg berperan dalam pengajaran & pendidikan yg masuk kedalam lembaga-lembaga. Hal ini agar tdk merusak aqidah kaum muslimin.
Lantas diwajibkan pula kepada seorang suami utk melarang orang-orang yg menjadi tanggung jawabnya agar jangan masuk ke dalam lembaga-lembaga tersebut ataupun sekolah-sekolah yg mengajarkan ajaran sufi. Hal ini sebagai upaya memelihara aqidah serta keluarga dari perpecahan & kebejatan para istri terhadap suaminya.
Barangsiapa yg merasa cukup dg aliran sufi maka ia lepas dari manhaj Ahlus Sunnah wa Jamaah jika berkeyakinan bahwa syaikh sufi dapat memberikan berkah / dapat memberikan manfa’at & madharat menyembuhkan orang sakit memberikan rezeki menolak bahaya / berkeyakinan bahwa wajib menta’ati setiap yg dikatakan gurunya/syaikh walaupun bertentangan dg Al-Kitab & As-Sunnah.
Barangsiapa berkeyakinan dg semuanya itu maka dia telah berbuat syirik terhadap Allah dg kesyirikan yg besar dia keluar dari Islam dilarang berloyalitas padanya & menikah dengannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya: Dan janganlah kalian nikahi wanita-wanita musyrikah sebelum mereka beriman ………. Dan janganlah kalian menikahkan (anak perempuan) dg laki-laki musyrik sebelum mereka beriman ……..”. (Al-Baqarah: 221)
Wanita yg telah terpengaruh aliran sufi akan tetapi belum sampai pd keyakinan yg telah kami sebutkan diatas tetap tdk dianjurkan utk menikahinya. Entah itu sebelum terjadi aqad ataupun setelahnya kecuali bila setelah dinasehati & bertaubat kepada Allah.
Yang kita nasehatkan adalah bertaubat kepada Allah kembali kepada yg haq meninggalkan aliaran yg batil ini & berhati-hati terhadap orang-orang yg menyeru kepada kejelekan-kejelekan. Hendaknya berpegang teguh dg manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah membaca buku-buku bermanfa’at yg berisi tentang aqidah yg shahih mendengarkan pelajaran muhadharah & acara-acara yg berfaedah yg dilakukan oleh ulama yg berpegang dg teguh pd manhaj yg benar.
Juga kita nasehatkan kepada para istri agar taat kepada suami mereka & orang-orang yg bertanggung jawab dalam hal-hal yg ma’ruf.
Semoga Allah memberikan taufiq-Nya.
Sumber:


13 komentar:

  1. saya dulu aliran wahabi paman paman saya ada wahabi ada suni ada torekot dan mereka termasuk jajaran ulama ulama mereka , sehingga aku kebingungan mana ajaran islam yg benar menurut Alloh dan Rosululoh ,beliau saling klaim bahwa ajaran mereka yg paling benar sehinga aku menginjak dewasa setelah tamat sma th 1986 saya melakukan bisnis dan termasuk orang yg sukses ,tapi aku masih sangsi tentang ajaran ajaran yg selama ini aku jalani dengan kitab kitab ibnu taimiyahnya maka aku beristiqoroh kpd Alloh swt selama kurang lebih 1 th untuk minta petunjuk kpd Alloh agar aku ditunjuki jalan yg benar mana mana aliran agama islam yg mendapat ridhoMU YA Alloh dan kalo aku harus berguru guru mana yg paling benar dan paling dekat dengan rosululoh mana ulama ini YA Alloh pd th 1990 aku bermimpi bermimpi di ajak towaf keliling kakbah sampai selesai maka tetangga saya itu punya guru lalu saya tanya ciri ciri guru itu saya ceritakan apa yg ada dlm mimpi ini maka tetangga itu terperanjat bahwa gurunya itu persis apa yg saya ceritakan tadi maka aku tinggalkanlah segala kesibukan duniwi ini aku serahkan kpd orang tuaku aku segera menemuinya ternyata guru itu adalah seorang mursit torekot sadzaliyah qodiriyah maka aku tdk serta merta menerima ajaranya maka tes yg paling valit dan tdk bisa ditipu oleh apapun maka setiap beliau duduk maka bekas tempat dudukny aku tidur disitu sehingga aku bermimpi ditemui rosululoh sampai aku lakukan beberapa kali sehingga aku pelan dan pasti bahwa torekot itulah jln yg benar terutama torekot dari abuya dimyati banten , dulu aku juga menyesat nyesatkan orang orang torekot

    BalasHapus
  2. sebaiknya seseorang menilai sesuatu itu yg paling baik ya minta petunjuk Alloh swt ,dan beristiqorohlah pd Alloh swt sebab belajar agama harus ada guru , ingat siapa belajar agama kalo tdk ada guru gurunya adalah setan dan hawanafsunya ,sebab hadis itu jutaan bung ,nan mimpi ktmu rosululoh itu tdk bisa ditipu oleh setan dan pasti benar , sebab bertorekot itu tujuan kita ya supaya menjadi insan insan yg minimal takwa dan mendapat ridho Alloh swt

    BalasHapus
  3. dlm hadis disebutkan ; seorang muslim itu wajib mempunyai kalifah atau pemimpin ,dan wajib baiat dan taat , sedangkan siapa yg tidak baiat dan taat kpd kalifah atau pemimpin walopun seseorang itu ibadahnya baik sodakohnya baik hajinya baik maka matinya dlm keadaan mati kafir jahiliyah HR muslim semua aliran setuju , sedangkan kekalifahan islam sesudah sayidina ali bin abitolib kekalifahan itu dibangun dengan cara cara fitnah adu domba dan kezaliman dan kekalifahan sareat pernah putus yg berarti waktu kosong kalifah berarti pengikutnya mati kafir jahiliyah dong ,kasian juga orang orang sareat ,dari dalil ini saja ibadahnya tdk diterima Alloh swt

    BalasHapus
  4. sedangkan kekalifahan orang orang torekot tdk pernah putus sampai hari ini ,kedudukan kalifah dlam torekot ya para mursit , dari mulai sanat sanat ilmunya ,dan setiap torekot pasti ada baiat dan ketaatan kpd para mursit ,seorang musit haruslah di didik oleh mursit sebelumnya dan mendapat ijasah untuk melakukan tugas tugas kemursidanya , ingat para pewaris rosululoh ya para ulama bukan para kalifah yg dholim

    BalasHapus
  5. saya nilai anda belum melakukan istiqoroh yg benar anda hanya menilai dengan akal pikiran ,sedangkan al quran dan hadist itu kandungan maknanya tdk semudah apa akal pikiran kita ,iqmu berapa / kebanyakan kita melakukan istiqoroh minta jodoh sedangkan istiqoroh masalah aqidah malah disepelekan dan berbangga bangga dengan aliranya tanpa minta petunjuk dari Alloh swt dan mudahnya menyesat nyesatkan golongan lainnya kesesatan kemunafikan dan kekafiran kolbunya sendiri di sepelekan sareat itu kulitnya torekot itu kacangnya hakekot itu minyaknya makrifat itu rasanya ,sipa yg belajar agama islam hanya sareatnya maka spt orang nasrani siapa orang islam yg belajar islam hanya torekot dan hakekotnya saperti orang yahudi / karena makrifat itu pertolongan Alloh jadi islam harus kafah tdk setengah setengah dan beragama hanya mencari keuntungan duniawi semata

    BalasHapus
  6. anda bisa hubungi kami jalan jogja wonosari km 11 sebelah timur jembatan sungai opok ponpes dng pengasuh abah alfadi mursit torekot sadzaliyah qodiriyah yogyakarta penerus abuya dimyati banten

    BalasHapus
  7. Saya pribadi pernah mengikuti TAREKAT NAQSYABANDIYAH, dulu di jogja pusatnya di jalan kaliurang, deket pesantren apa saya lupa, pokoknya pas tikungan sebelum naik UII kita belok ke barat.

    Ajaran yang paling saya ingat waktu itu adalah untuk selalu mengingat wajah Mursit/Guru pada saat kita sholat atau dzikir. Ketika tanya "Kenapa?", mereka menjawab "Agar kita mendapay syafaat dan amal dan doa kita langsung dapat dihantarkan ke Allah". Alhamdulillah Allah karuniakan sikap "Kritis" pada diri saya, yang selalu berusaha mencari kebenaran tentang ini. Saya coba cari terus menerus tanpa hasil yang baik akhirnya suatu waktu teman saya yang notanebe "kurang" mempunyai pendidikan islam yang baik berucap, "Kalo kita berdo'a ya ingat Allah, minta sama Allah, lha wong berdoa ke Nabi aja gak boleh apalagi kamu berdoa ke guru kamu, itu Syirik!"

    Untuk masalah ijasah, layak atau tak layak di sistem syariat ini, Saya terangkan bahwa derajat kita ditentukan oleh amal perbuatan kita, bukan ijasah atau segala bentuk pengakuan oleh individu-individu. Nanti ALLAH saja lah yang bakal menilai derajat kita.

    Ini SESAT, untuk teman2 mohon hati hati.

    Wassalam :)

    BalasHapus
  8. Saya tambahkan. TAREKAT NAQSYABANDIYAH atau SUFI atau segala bentuk aliran yang meragukan, tak beda jauh dengan Syi'ah.

    Teman-teman perhatikan video berikut, menerangkan 3 Ayat yang Mengguncang Akidah Syi'ah dan Akidah Tarekat2 ini yang mensekutukan Allah SWT: https://www.youtube.com/watch?v=G6Sm7EBx_tc

    Semoga bermanfaat :)

    BalasHapus
  9. Meminta kepada selain ALLAH (termasuk mengingat wajah mursit/guru saat berdoa, meminta syafaat selain kepada-NYA), baca surat Fathir ayat 13 - 14

    (13) Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.

    (14) Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.

    BalasHapus
  10. Berkaitan dengan mursit/guru yang diagung-agungkan, dianggap menjadi "perantara" kepada ALLAH. Demi ALLAH ini adalah ajaran yang menyesatkan, silahkan baca Surat Az – Zumar ayat 3:

    (3) Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.

    BalasHapus
  11. Selanjutya, berkaitan dengan musit/guru yang diyakini mampu memberikan syafaat. Silahkan baca Surat Yunus ayat 18. Baca dengan baik2 dan pahami maksudnya,

    (18). Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah”. Katakanlah: “Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu).

    BalasHapus
  12. Jng menilai yg belum tahu pasti kebenaran nya, kalau kita sama-sama orang yg beragama islam. Duduk bersama bahas secara bersama, mari kita kupas alquran dan hadist,
    Karena kita sesama umat muslim tdk boleh saling mencelah ajaran yg dari rasulullah.

    BalasHapus
  13. Jng menilai yg belum tahu pasti kebenaran nya, kalau kita sama-sama orang yg beragama islam. Duduk bersama bahas secara bersama, mari kita kupas alquran dan hadist,
    Karena kita sesama umat muslim tdk boleh saling mencelah ajaran yg dari rasulullah.

    BalasHapus