HADITS
HADITS PALSU TENTANG KEUTAMAAN/KEMULIAN BULAN RAJAB.
OLEH
: USTADZ DRS.HM.SAKTI RANGKUTI,MA.
. حديث :
رجب شهر الله, وشعبان شهري, ورمضان شهر أمتى. فمن صام من رجب يومين. فله من الأجر
ضعفان, ووزن كل ضعف مثل جبال الدنيا, ثم ذكر أجر من صام أربعة أيام, ومن صام ستة
أيام, ثم سبعة أيام ثم ثمانية أيام, ثم هكذا: إلى خمسة عشر يوما منه.
Artinya : “Rajab adalah bulan Allah, Sya`ban bulan Saya (Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam), sedangkan Ramadhan bulan ummat Saya. Barang siapa berpuasa di bulan Rajab dua hari, baginya pahala dua kali lipat, timbangan setiap lipatan itu sama dengan gunung gunung yang ada di dunia, kemudian disebutkan pahala bagi orang yang berpuasa empat hari, enam hari, tujuah hari, delapan hari, dan seterusnya, sampai disebutkan ganjaran bagi orang berpuasa lima belas hari.
Artinya : “Rajab adalah bulan Allah, Sya`ban bulan Saya (Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam), sedangkan Ramadhan bulan ummat Saya. Barang siapa berpuasa di bulan Rajab dua hari, baginya pahala dua kali lipat, timbangan setiap lipatan itu sama dengan gunung gunung yang ada di dunia, kemudian disebutkan pahala bagi orang yang berpuasa empat hari, enam hari, tujuah hari, delapan hari, dan seterusnya, sampai disebutkan ganjaran bagi orang berpuasa lima belas hari.
Hadits ini “Maudhu`” (Palsu). Dalam
sanad hadits ini ada yang bernama Abu Bakar bin Al Hasan An Naqqaasy, dia
perawi yang dituduh pendusta, Al Kasaaiy- rawi yang tidak dikenal (Majhul).
Hadits ini juga diriwayatkan oleh pengarang Allaalaiy dari jalan Abi Sa`id Al
Khudriy dengan sanad yang sama, juga Ibnu Al Jauziy nukilan dari kitab
Allaalaiy.
2. حديث :
من صام ثلاثة أيام من رجب, كتب له صيام شهر, من صام سبعة أيام من رجب, أغلق الله
عنه سبعة أبواب من النار, ومن صام ثمانية أيام من رجب, فتح الله له ثمانية أبواب
من الجنة, ومن صام نصف رجب حاسبه الله حسابا يسيرا.
Artinya : “Barang siapa berpuasa tiga hari di bulan Rajab, sama nilainya dia berpuasa sebulan penuh, barang siapa berpuasa tujuh hari Allah Subhana wa Ta`ala akan menutupkan baginya tujuh pintu neraka, barang siapa berpuasa delapan hari di bulan Rajab Allah Ta`ala akan membukakan baginya delapan pintu sorga, siapapun yang berpuasa setengah dari bulan Rajab itu Allah akan menghisabnya dengan hisab yang mudah sekali.”
Diterangkan di dalam kitab Allaalaiy
setelah pengarangnya meriwayatkannya dari Abaan kemudian dari Anas secara
Marfu` : Hadits ini tidak Shohih, sebab Abaan adalah perawi yang ditinggalkan,
sedangkan `Amru bin Al Azhar pemalsu hadits, kemudian dia jelaskan :
Dikeluarkan juga oleh Abu As Syaikh dari jalan Ibnu `Ulwaan dari Abaan, adapun
Ibnu `Ulwaan pemalsu hadits.
3. حديث :
إن شهر رجب شهر عطيم. من صام منه يوما كتب له صوم ألف سنة – إلخ.
Artinya : “Sesungguhnya bulan Rajab adalah bulan yang mulia. Barang siapa berpuasa satu hari di bulan tersebut berarti sama nilainya dia berpuasa seribu tahun-dan seterusnya.
Artinya : “Sesungguhnya bulan Rajab adalah bulan yang mulia. Barang siapa berpuasa satu hari di bulan tersebut berarti sama nilainya dia berpuasa seribu tahun-dan seterusnya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Syaahin dari
`Ali secara Marfu`. Dan dijelaskan dalam kitab Allaalaiy : Hadits ini tidak
Shohih, sedangkan Haruun bin `Antarah selalu meriwayatkan hadits-hadits yang
munkar.
4. حديث :
من صام يوما من رجب, عدل صيام شهر-إلخ
Artinya : “Barang siapa yang berpuasa di bulan Rajab satu hari sama nilainya dia berpuasa sebulan penuh dan seterusnya”.
Artinya : “Barang siapa yang berpuasa di bulan Rajab satu hari sama nilainya dia berpuasa sebulan penuh dan seterusnya”.
Diriwayatkan oleh Al Khathiib dari
jalan Abi Dzarr Marfu`. Di sanadnya ada perawi : Al Furaat bin As Saaib, dia
ini perawi yang ditinggalkan.
Berkata Al Imam Ibnu Hajar dalam
kitabnya “Al Amaaliy” : sepakat diriwayatkan hadist ini dari jalan Al Furaat
bin As Saaib- dia ini lemah- Rusydiin bin Sa`ad, dan Al Hakim bin Marwaan,
kedua perawi ini lemah juga.
Sesungguhnya Al Baihaqiy juga
meriwayatkan hadits ini di kitabnya : “Syu`abul Iman” dari hadits Anas, yang
artinya : “Siapapun yang berpuasa satu hari di bulan Rajab sama nilainya dia
berpuasa satu tahun.” Di menyebutkan hadits yang sangat panjang, akan tetapi di
sanad hadits ini juga ada perawi ; `Abdul Ghafuur Abu As Shobaah Al Anshoriy,
dia ini perawi yang ditinggalkan. Berkata Ibnu Hibbaan : “Dia ini termasuk
orang orang yang memalsukan hadits”.
5. حديث :
من أحيا ليلة من رجب, وصام يوما. أطعمه الله من ثمار الجنة – إلخ.
Artinya : “Barang siapa yang menghidupkan satu malam bulan Rajab dan berpuasa di siang harinya, Allah Ta`ala akan memberinya makanan dari buah buahan sorga- dan seterusnya.”
Artinya : “Barang siapa yang menghidupkan satu malam bulan Rajab dan berpuasa di siang harinya, Allah Ta`ala akan memberinya makanan dari buah buahan sorga- dan seterusnya.”
Diriwayatkan dalam kitab Allaalaiy
dari jalan Al Husain bin `Ali Marfu`: Berkata pengarang kitab : Hadits ini
Maudhu` (palsu).
6. ديث :
أكثروا من الاستغفار فى شهر رجب. فإن لله فى كل ساعة منه عتقاء من النار, وإن لله
لا يدخلها إلا من صام رجب.
Artinya : “Perbanyaklah Istighfar di bulan Rajab. Sesungguhnya Allah Ta`ala membebaskan hamba hambanya setiap sa`at di bulan itu, dan Sesungguhnya Allah Ta`ala mempunyai kota kota di Jannah-Nya yang tidak akan dimasuki kecuali oleh orang yang berpuasa di bulan itu.
Artinya : “Perbanyaklah Istighfar di bulan Rajab. Sesungguhnya Allah Ta`ala membebaskan hamba hambanya setiap sa`at di bulan itu, dan Sesungguhnya Allah Ta`ala mempunyai kota kota di Jannah-Nya yang tidak akan dimasuki kecuali oleh orang yang berpuasa di bulan itu.
Dikatakan dalam “Adz dzail” : Dalam
sanadnya ada rawi namanya Al Ashbagh : Tidak bisa dipercaya.
7. حديث :
فى رجب يوم وليلة, من صام ذلك اليوم, وقام تلك الليلة. كان له من الأجر كمن صام
مائة-إلخ.
Artinya : “Di bulan Rajab ada satu hari dan satu malam, siapapun yang berpuasa di hari itu, dan mendirikan malamnya. Maka sama nilainya dengan orang yang berpuasa seratus tahun dan seterusnya.
Artinya : “Di bulan Rajab ada satu hari dan satu malam, siapapun yang berpuasa di hari itu, dan mendirikan malamnya. Maka sama nilainya dengan orang yang berpuasa seratus tahun dan seterusnya.
Dikatakatan dalam “Adz dzail” : Di
dalam sanadnya ada nama rawi Hayyaj, dia adalah rawi yang ditinggalkan.
Dan demikian disebutkan tentang :
“Berpuasa satu hari atau dua hari di bulan itu.”
Disebutkan juga dalam “Adz dzail :
Sanad hadits ini penuh dengan kegelapan sebahagian atas sebahagian lainnya, di
dalam sanadnya ada perawi perawi yang pendusta : Dan demikian diriwayatkan :
“Bahwa Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam berkhutbah pada hari jum`at sepekan
sebelum bulan Rajab. Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam berkata : “Hai
sekalian manusia! Sesungguhnya akan datang kepada kalian satu bulan yang mulia.
Rajab bulan adalah bulan Allah yang Mulian, dilipat gandakan kebaikan di
dalamnya, do`a do`a dikabulkan, kesusahan kesusahan akan di hilangkan.” Ini
adalah Hadist yang Munkar.
Dan dalam hadits yang lain : “Barang
siapa berpuasa satu hari di bulan Rajab, dan mendirikan satu malam dari malam
malamnya, maka Allah Tabaraka wa Ta`ala akan membangkitkannya dalam keadaan
aman nanti di hari Kiamat- dan seterusnya.”
Di dalam sanad hadits ini :
Kadzaabun (para perawi pendusta).
Demikian juga hadits : “Barang siapa
yang menghidupkan satu malam di bulan Rajab, dan berpuasa di siang harinya:
Allah akan memberikan makanan buatnya buah buahan dari Sorga- dan seterusnya.”
Didalam sanadnya : Para perawi
pembohong/pemalsu hadits.
Demikian juga hadits : “Rajab bulan
Allah yang Mulia, dimana Allah mengkhususkan bulan itu buat diri-Nya. Maka
barang siapa yang berpuasa satu hari di bulan itu dengan penuh keimanan dan
mengharapkan Ridho Allah, dia akan dimasukan ke dalam Jannah Allah Ta`ala- dan
seterusnya.”
Didalam sanadnya : Para perawi yang
ditinggalkan.
Demikian juga hadits : “Rajab bulan
Allah, Sya`ban bulan Saya (Rasulullahu Shollallahu `alaihi wa Sallam, Ramadhan
bulan ummat Saya.” Demikian juga hadits : “Keutamaan bulan Rajab di atas bulan
bulan lainnya ialah : seperti keutamaan Al Quran atas seluruh perkataan
perkataan lainnya- dan seterusnya.”
Berkata Al Imam Ibnu Hajar : Hadits ini Palsu.
Berkata `Ali bin Ibraahim Al `Atthor dalam satu risalahnya : “Sesungguhnya apa apa yang diriwayatkan tentang keutamaan tentang puasa di bulan Rajab, seluruhnya Palsu dan Lemah yang tidak ada ashol sama sekali. Berkata dia : “`Abdullah Al Anshoriy tidak pernah puasa di bulan Rajab, dan dia melarangnya, kemudian berkata : “Tidak ada yang shohih dari Nabi Muhammad Shollallahu `alaihi wa Sallam satupun hadist mengenai keutamaan bulan Rajab.” Kemudian dia berkata : Dan demikian juga : “Tentang amalan amalan yang dikerjakan pada bulan ini : Seperti mengeluarkan Zakat di dalam bulan Rajab tidak di bulan lainnya.” Ini tidak ada ashol sama sekali.
Berkata Al Imam Ibnu Hajar : Hadits ini Palsu.
Berkata `Ali bin Ibraahim Al `Atthor dalam satu risalahnya : “Sesungguhnya apa apa yang diriwayatkan tentang keutamaan tentang puasa di bulan Rajab, seluruhnya Palsu dan Lemah yang tidak ada ashol sama sekali. Berkata dia : “`Abdullah Al Anshoriy tidak pernah puasa di bulan Rajab, dan dia melarangnya, kemudian berkata : “Tidak ada yang shohih dari Nabi Muhammad Shollallahu `alaihi wa Sallam satupun hadist mengenai keutamaan bulan Rajab.” Kemudian dia berkata : Dan demikian juga : “Tentang amalan amalan yang dikerjakan pada bulan ini : Seperti mengeluarkan Zakat di dalam bulan Rajab tidak di bulan lainnya.” Ini tidak ada ashol sama sekali.
Dan demikian juga, “Dimana penduduk
Makkah memperbanyak `Umrah di bulan ini tidak seperti bulan lainnya.” Ini tidak
ada asal sama sekali sepanjang pengetahuan saya. Dia berkata : “Diantara yang
diada-adakan oleh orang yang `awwam ialah : “Berpuasa di awal kamis di bulan
Rajab,” yang keseluruhannya ini adalah : Bid`ah.
Dan diantara yang mereka ada adakan
juga di bulan Rajab dan Sya`ban ialah : “Mereka memperbanyak ketaatan kepada
Allah melebihi dari bulan bulan lainnya.”
Adapun yang diriwayatkan tentang :
“Bahwa Allah Ta`ala memerintahkan Nabi Nuh `Alaihi wa Sallam untuk membuat
kapalnya di bulan Rajab ini, serta diperintahkan kamu Mu`minin yang bersama dia
untuk berpuasa di bulan ini.” Ini Hadits Maudhu` (Palsu).
Diantara bid`ah-bid`ah yang menyebar
di bulan Rajab ini adalah :
1. Sholat Ar Raghaaib.
Sholat Ar Raghaaib ini diamalkan di
setiap awal Jum`at di bulan Rajab.
Ketahuilah semoga Allah Tabaraka wa
Ta`ala merahmatimu- bahwa mengagungkan hari ini, malam ini sesungguhnya
diadakan ke dalam Din Islam ini setelah abad keempat Hijriyah. (Lihat literatur
berikut ini tentang bid`ahnya sholat Raghaib):
1. “Iqtida` As Shiratul Mustaqim” :
hal.283. Dan “Tulisan Ilmiyah diantara dua orang Imam ; Al `Izz bin `Abdus
Salam dan Ibnu As Sholah sekitar Sholat Raghaaib.”
2. “Al Ba`itsu `Ala Inkari Al Bida` wa Al Hawaadist” : hal. 39 dan seterusnya.
3. “Al Madkhal” oleh Ibnu Al Haaj : 1/293.
4. “As Sunan wal Mubtadi`aat” : hal. 140.
5. “Tabyiinul `Ujab bima warada fi Fadhli Rajab” : hal. 47.
6. “Fataawa An Nawawiy” : hal. 26.
7. “Majmu` Al Fataawa oleh Ibnu Taimiyah” : 2/2.
8. “Al Maudhuu`aat” : 2/124.
9. “Allaalaaiy Al mashnu`ah” : 2/57.
10. “Tanzihus Syari`ah” : 2/92.
11. “Al Mughni `anil Hifdzi wal Kitab” : hall. 297- serta bantahannya : Jannatul Murtaab.
12. “Safarus Sa`adah” : hal. 150.
2. “Al Ba`itsu `Ala Inkari Al Bida` wa Al Hawaadist” : hal. 39 dan seterusnya.
3. “Al Madkhal” oleh Ibnu Al Haaj : 1/293.
4. “As Sunan wal Mubtadi`aat” : hal. 140.
5. “Tabyiinul `Ujab bima warada fi Fadhli Rajab” : hal. 47.
6. “Fataawa An Nawawiy” : hal. 26.
7. “Majmu` Al Fataawa oleh Ibnu Taimiyah” : 2/2.
8. “Al Maudhuu`aat” : 2/124.
9. “Allaalaaiy Al mashnu`ah” : 2/57.
10. “Tanzihus Syari`ah” : 2/92.
11. “Al Mughni `anil Hifdzi wal Kitab” : hall. 297- serta bantahannya : Jannatul Murtaab.
12. “Safarus Sa`adah” : hal. 150.
Sepakat `Ulama tentang hadits-hadits
yang diriwayatkan mengenai keutamaan bulan Rajab adalah palsu, sesungguhnya
telah diterangkan oleh sekelompok Al Muhaditsin tentang palsunya hadits sholat
Ar Raghaaib diantara mereka ialah : Al Haafidz Ibnu hajar, Adz Dzahabiy, Al
`Iraaqiy, Ibnu Al Jauziy, Ibnu Taimiyah, An Nawawiy dan As Sayuthiy dan selain
dari mereka. Kandungan dari hadits-hadits yang palsu itu ialraah mengenai
keutamaan berpuasa pada hari itu, mendirikan malamnya, dinamakan “shalat Ar
Raghaaib,” para ahli Tahqiiq dikalangan ahli ilmu telah melarang mengkhususkan
hari tersebut untuk berpuasa, atau mendirikan malamnya melaksanakan sholat
dengan cara yang bid`ah ini, demikian juga pengagungan hari tersebut dengan
cara membuat makanan makanan yang enak-enak, mengishtiharkan bentuk bentuk yang
indah indah dan selain yang demikian, dengan tujuan bahwa hari ini lebih utama
dari hari hari yang lainnya.
2. Sholat Ummu Daawud di pertengahan
bulan Rajab.
Demikian juga hari terakhir
dipertengahan bulan Rajab, dilaksanakan sholat yang dinamakan sholat “Ummu
Daawud” ini juga tidak ada asholnya sama sekali. “Iqtidaus Shiraatul Mustaqim”
: hal. 293.
Berkata Al Imam Al Hafidz Abu Al
Khatthaab : “Adapun sholat Ar Raghaaib, yang dituduh sebagai pemalsu hadits ini
ialah : `Ali bin `Abdullah bin jahdham, dia memalsukan hadits ini dengan
menampilkan rawi rawi yang tidak dikenal, tidak terdapat diseluruh kitab.”
Pembahasan Abu Al Khatthaab ini terdapat dalam :
“Al Baa`its `Ala Inkaril Bida` wal Ahadist” : hal. 40.
Abul Hasan : `Ali bin `Abdullah bin Al Hasan bin Jahdham, As Shufiy, pengarang kitab : “Bahjatul Asraar fit Tashauf”.
Berkata Abul Fadhal bin Khairuun : Dia pendusta.
Berkata selainnya : Dia dituduh sebagai pemalsu hadits sholat Ar Raghaaib.
“Al Baa`its `Ala Inkaril Bida` wal Ahadist” : hal. 40.
Abul Hasan : `Ali bin `Abdullah bin Al Hasan bin Jahdham, As Shufiy, pengarang kitab : “Bahjatul Asraar fit Tashauf”.
Berkata Abul Fadhal bin Khairuun : Dia pendusta.
Berkata selainnya : Dia dituduh sebagai pemalsu hadits sholat Ar Raghaaib.
Lihat terjemahannya dalam : “Al
`Ibir fi Khabar min Ghubar.” : (3/116), “Al Mizan” : (3/142), “Al Lisaan” :
(4/238), “Maraatul Jinaan” (3/28), “Al Muntadzim” : (8/14), “Al `Aqduts
Tsamiin” : (6/179).
Asal daripada sholat ini sebagaimana
diceritakan oleh : At Thurthuusyiy dalam “kitabnya” : “Telah mengkhabarkan
kepada saya Abu Muhammad Al Maqdisiy, berkata Abu Syaamah dalam “Al Baa`its” :
hal. 33 : “Saya berkata : Abu Muhammad ini perkiraan saya adalah `Abdul `Aziz
bin Ahmad bin `Abdu `Umar bin Ibraahim Al Maqdisiy, telah meriwayatkan darinya
Makkiy bin `Abdus Salam Ar Rumailiy As Syahiid, disifatkan dia sebagai As
Syaikh yang dipercaya, Allahu A`lam.” Berkata dia: tidak pernah sama sekali
dikalangan kami di Baitul Maqdis ini diamalkan sholat Ar Raghaaib, yaitu sholat
yang dilaksanakan di bulan Rajab dan Sya`ban. Inilah bid`ah yang pertama kali
muncul di sisi kami pada tahun 448 H, dimana ketika itu datang ke tempat kami
di Baitil Maqdis seorang laki laki dari Naabilis dikenal dengan nama Ibnu Abil
Hamraa`, suaranya sangat bagus sekali dalam membaca Al Quran, pada malam
pertengahan (malam keenam belas) di bulan Sya`ban dia mendirikan sholat di Al
Masjidil Aqsha dan sholat di belakangnya satu orang, lalu bergabung dengan
orang ketiga dan keempat, tidaklah dia menamatkan bacaan Al Quran kecuali telah
sholat bersamanya jama`ah yang banyak sekali, kemudian pada tahun selanjutnya,
banyak sekali manusia sholat bersamanya, setelah itu menyebarlah di sekitar Al
Masjidil Aqsha sholat tersebut, terus menyebar dan masuk ke rumah rumah manusia
lainnya, kemudian tetaplah pada zaman itu diamalkan sholat tersebut yang seolah
olah sudah menjadi satu sunnah di kalangan masyarakat sampai pada hari kita
ini. Dikatakan kepada laki laki yang pertama kali mengada-adakan sholat itu
setelah dia meninggalkannya, sesungguhnya kami melihat kamu mendirikan sholat
ini dengan jama`ah. Dia menjawab dengan mudah : “Saya akan minta ampun kepada
Allah Ta`ala.”
Kemudian berkata Abu Syaamah :
“Adapun sholat Rajab, tidak muncul di sisi kami di Baitul Maqdis kecuali
setelah tahun 480 H, kami tidak pernah melihat dan mendengarnya sebelum ini.”
(Al Baa`itsu : hal. 32-33).
Fatwa Ibnu As Sholaah tentang sholat
Ar Raghaaib, Malam Nishfu Sya`ban
3.
Sholat Al Alfiah.
Sesungguhnya As Syaikh Taqiyuddin
Ibnu As Sholaah rahimahullah Ta`ala pernah dimintai fatwa tentang hal ini, lalu
beliau menjawab :
“Adapun tentang sholat yang dikenal dengan sholat Ar Raghaaib adalah bid`ah, hadits yang diriwayatkan tentangnya adalah palsu, dan tidaklah sholat ini dikenal kecuali setelah tahun 400 H, tidak ada keutamaan malamnya dari malam malam yang lainnya. Lihat Hadist hadist ini dalam kitab yang disebutkan di atas hal. 100-101, dan hal. 439-440.
“Adapun tentang sholat yang dikenal dengan sholat Ar Raghaaib adalah bid`ah, hadits yang diriwayatkan tentangnya adalah palsu, dan tidaklah sholat ini dikenal kecuali setelah tahun 400 H, tidak ada keutamaan malamnya dari malam malam yang lainnya. Lihat Hadist hadist ini dalam kitab yang disebutkan di atas hal. 100-101, dan hal. 439-440.
Diterjemahkan dari kitab Al Fawaaid
Al Majmu`ah, Al Ahadiits Al Maudhu`ah, karya Syaikhul Islam Muhammad Bin `Ali
As Syaukaniy (Wafat : 1250 H)
(Dikutip dari website
http://thullabul-ilmiy.or.id/modules/news/artikel.php?storyid=3, judul asli
“Hadist-Hadist Palsu Mengenai.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar