Hukum Sholat Jenazah di Kuburan
DRS.HM.SAKTI RANGKUTI,MA.
Menanggapi hal ini ulama’ Syafiiyah mengatakan boleh dan sah hal
ini didasarkan pada hadits:
عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : خَرَجْنَا
مَعَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، فَلَمَّا وَرَدْنَا الْبَقِيعَ إِذَا
هُوَ بِقَبْرٍ جَدِيدٍ ، فَسَأَلَ عَنْهُ ، فَقَالُوا : فُلانَةٌ ، فَعَرَفَهَا ،
فَقَالَ : أَلا آذَنْتُمُونِي ؟ قَالُوا : كُنْتَ قَائِلا صَائِمًا ، فَكَرِهْنَا
أَنْ نُؤْذِنَكَ ، فَقَالَ : لا تَفْعَلُوا لأَعْرِفَنَّ مَا مَاتَ مِنْكُمْ
مَيِّتٌ مَا كُنْتُ بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ إِلا دَعَوْتُمُونِي ، فَإِنَّ صَلاتِي
عَلَيْهِ رَحْمَةٌ قَالَ : ثُمَّ أَتَى الْقَبْرَ ، فَصُفِفْنَا خَلْفَهُ ،
فَكَبَّرَ عَلَيْهَا أَرْبَعًا (مسند أحمد بن حنبل الجزء 4 ص 388 )
Diriwayatkan dari Zaid Bin Tsabit Ra, beliau berkata kami pernah
keluar bersama Nabi Saw. Ketika kami sampai di Baqi’, ternyata ada kuburan
baru. Lalu beliau bertanya tentang kuburan itu. Sahabat bertanya, yang
meninggal adalah seorang perempuan, dan ternyata beliau mengenalnya.
Kemudian beliau bersabda Kenapa kalian tidak memberitahu
aku tentangkematiannya?. Mereka bertanya: Wahai Rasulullah, anda (waktu
itu) sedang tidur qailulah (tidur sebentar sebelum waktu dhuhur) dan berpuasa.
Maka kami tidak ingin mengganggumu. Rasulullah menjawab: Jangan begitu, seorang
tidak akan mati di antara kalian selama aku berada di tengah-tengah kalian
kecuali kalian mengabarkannya kepadaku. Karena shalatku merupakan rahmat
baginya. Lalu beliau mendatangi kuburan itu dan kami pun berbaris di belakang
beliau. Kemudian beliau bertakbir empat kali (shalat jenazah) untuknya. (Musnad Ahmad bin Hanbal, juz 4 hal 388)
Dari hadits di atas dapat dipahami bahwa shalat jenazah di atas
kuburan adalah boleh. Al-Sham’ani mengatakan;
وَالْحَدِيْثُ دَلِيْلٌ عَلَى صِحَّةِ الصَّلاَةِ عَلَى الْمَيِّتِ
بَعْدَ دُفْنِهِ مُطْلَقاً سَوَاءٌ صَلِّى عَلَيْهِ قَبْلَ الدُّفْنِ أَمْ لاَ وَإِلَى هذَا ذَهَبَ
الشَّافِعِيُّ. (سبل السلام, ج 2 ص 100)
Hadits itu secara mutlak menunjukkan sahnya shalat jenazah setelah
dikuburkan, baik sebelum dikuburkan sudah dishalati atau belum. (Subul al-Salam, juz II hal. 100).
Imam Daru al-Quthni menambahkan shalat jenazah di depan kuburan
tetap sah meskipun jenazah sudah satu bulan dimakamkan.
وَلَوْ صَلَّى عَلَى مَنْ دُفِنَ صَحَّتْ صَلاَتُهُ لِأَنَّهُ
عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ صَلَّى عَلَى الْقَبْرِ بَعْدَ مَا دُفِنَ
(رَوَاهُ الشَّيْخَانِ) زَادَ دَارُ القُّطْنِى بَعْدَ شَهْرٍ (كفاية الاخيار، ج 1
ص 157)
Imam al-Rouyani berkata meskipun mayat telah dikebumikan tetap sah
menshalatinya karena Nabi pernah melakukan hal tersebut di atas kuburan setelah
mayat di tanam, bahkan Imam Daru al-Quthni menambahkan, meskipun sudah melewati
satu bulan. (Kifayah al-Akhyar, juz I hal.
157)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar